26-1-1700: Mitos Pertarungan 2 Monster dan Ancaman Gempa Magnitudo 9 di Amerika

Ilustrasi tsunami

Hari itu, 26 Januari 1700, Bumi tiba-tiba berguncang hebat, samudera pun bergolak. Penduduk Asli Amerika mengira, sebuah pertempuran kolosal sedang berlangsung. Penguasa langit, Thunderbird melawan paus raksasa yang merajai lautan.

Konon, pertempuran keduanya menggunang dunia tatkala Thunderbird mencoba mengangkat paus ke udara dan menjatuhkannya kedaratan.

Di sisi lain, paus tak sude mengalah. Ia melawan sejadinya dengan menggerakkan ekornya di dalam air. Bukan riak ang muncul, tapi gelombang-gelombang raksaksa yang menerjang tanpa ampun. Desa-desa lenyap seketika, seluruh hutan tumbang dalam sekejap mata.

Legenda itu menyebar dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Tak banyak yang menyadari, itu bukan kisah dongeng semata, melainkan kejadian mengerikan yang nyata.

Sementara itu di Jepang, yang jauhnya 8.000 kilometer di seberang Samudera Pasifik, gelombang raksaksa tiba-tiba menerjang pada 26 Januari 1700 dini hari.

Gelombang gergasi setinggi 5 meter menyapu rumah-rumah dan kapal-kapal yang ditambatkan di dermaga. Penduduk desa yang sedang terlelap terbangun dengan perasaan kaget.

Dengan tubuh basah kuyup, mereka bergegas menuju ketempat yang lebih tinggi. Terjangan air menjatuhkan lampu imunyak. Kebakaran terjadi disana-sini. Nyala api merah menyelubungi bangunan-bangunan yang rusak, dengan bunyi gemeretak yang embikin hati jeri.

Tsunami tak hanya datang sekali lalu pergi, tapi berkali-kali. Malam hingga pagi menjelang. Smong bahkan menerjang Desa Miho tujuh kali.

Bagi orang Jepang, gempa dan tsunami adalah sebua kenicayaan. Sejumlah prasasti kuno membuat nasihat dari para nenek moyang. Salah satunya berada di dekat pesisir Kesennuma. "Jika gempa terjadi, awas tsunami,"demikian tulisan yang tertera di atas batu itu, seperti dikutip dari Forbes.

Masalahnya, kala itu sama sekali tak ada gempa yang jadi penanda "Jinshin nite mo tsukamatsurazu," tulis seorang pedagang  kala itu. Watga tak habis pikir, kekurangan apa gerangan yang membangkitkan tsunami. Misterius.

Orang Jepang kemudian menjulukinya sebagai 'Orphan Tsunami' -- tsunami yatim piatu. Tanpa lindu yang jadi 'orangtuanya'.

Misteri penyebab gempa dahsyat di Amerika, juga tsunami Jepang akhirnya terkuak tiga abad kemudian.



Jawaban Misteri

Gempa Maha Dahsyat Ini Mampu 'Lenyapkan' AS dalam 50 Tahun Lagi

Seperti dikutip dari situs sains LiveScience, tim yang terdiri atas par ailmuwan dan akademisi international akhirnya menemukan jawabanya. Mereka mengaitkan tsunami di Jepang dengan gempa dahsyat yang melanda wilayah Amerika Utara yang disebut Cascadia -- dimana mitos pertarungan Thunderbird dan paus raksasa lahir.

Cascadia terletak di barat laut Amerika Serikat, di sebelah timur berbatasan dengan Cascades -- pegunungan yang mencakup Gunung St. Helens. Sementara di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Pasifik.

Sementara, garis patahan yang rawan gempa, disebut Zona Subduksi Cascadia atau Cascadia Subduction Zone (CSZ), membentang 700 mil atau 1.126 kilometer di sepanjang wilayah tersebut, dari Vancouver, Kanada, lalu Washington, Oregon dan berakhir di California utara.

Hasil studi para ilmuwan menemukan, zona subduksi Cascadia bersifat aktif -- dimana Lempeng Juan de Fuca meluncur di bawah Lempeng Amerika Utara dengan kecepatan rata-rata sekitar 13 kaki (4 meter) per abad.

Berdasarkan bukti geologis, para ilmuwan menduga bahwa gempa yang dahsyat magnitudo 9 bisa jadi mengguncang wilayah itu antara tahun 1680 dan 1720.

Lindu tersebut diyakini berlangsung selama beberapa menit karena menyebabkan bagian-bagian pantai Washington anjlok hingga 1,5 meter dibandingkan perairan pesisir di dekatnya.

Pada tahun 1997, analisis cincin pohon diwilayah Cascadia mempersempit waktu bencana alam menjadi periode jendela 10 bulan, dari Agustus 11699 hingga Mei 1700.

Catatan tertulis soal fenomena 'Orphan Tsunami'di Jepang memungkinkan waktu persis terjadinya gempa dikuak.

Para ilmuwan telah mengetahui, gempa dengan skala masif, seperti yang terjadi di Cascadia bisa memicu tsunami dahsyat yang bisa dengan mudah menyebrangi Pasifik dan menyebabkan kehancuran di Jepang.

Para ahli pun menyimpulkan, kedua kejadian itu saling bertautan. Tsunami diperkirakan melaju dengan kecepatan sekitar 500 mil perjam (mph) atau 804 kilometer per jam. Butuh waktu sekitar 10 jam bagi gelombang raksasa dari Cascadia menuju Jepang.

"Waktu perjalanan yang nyaris sama jika naik pesawat dari Seattle (AS) ke Narita (Jepang)," kata Brina Atwater, ahli geologi dari U.S. Geological Survey (USGS seperti dikutip dari LiveScience.

Horor Gempa Dahsyat di AS

Pengungkapan misteri tsunami di Jepang punya dua manfaat sekaligus. Pertama, para ilmuwan dapat menentukan waktu pasti terjadinya gempa Cascadia dengan presisi yang tidak mungkin didapat jika mereka hanya mengandalkan bukti geologis dan petunjuk dari lingkaran tahun yang  ada pada batang pohon.

Kedua, hal itu memberikan petunjuk terkait potensi gempa yang mungkin terjadi di zona Cascadia. Sebab, gempa bisa jadi berulang.

Jika apa yang terjadii pada masa lalu adalah pertanda, para ilmuwan memperkirakan bahwa garis patahan Cascadia kan menghasilkan gempa bumi yang kuat setiap beberapa abad.

Garis patahan dapat pecah sedikit demi sedikit dan menyebabkan serangkaian gempa kecil, atau bisa pecah sekaligus -- niscaya wilayah tersebut akan mengalami bencana besar dengan yang terjadi pada tahun 1700.

Kabar buruknya, zona itu telah 'tertekan'sekian lama, dan jika suatu saat bergeser, bencana luar biasa mungkin akan terjadi.

Potensi gempa di Cascadia Subduction Zone atau Zona Subduksi Cascadia berkisar antara magnitudo 8,7 hingga 9,2.

Kekuatan gempa magnitudo 9 sekitar 1.000 kali lebih kuat daripada gempa di Christchurch Selandia Baru pada 2011.

Gempa dengan kekuatan lebih dari 9 jarang terjadi. Lindu sekuat itu baru dua kali terjadi di masa modern.

Pertama di Aceh pada 26 Desember 2004 dan yang kedua terjadi pada 11 Maret 2011 di Jepang.

Gempa dengan kekuatan seperti itu mampu menghancurkan Seattle dengan sekejap. Tak seperti Los Angeles yang membangun kota dengan struktur antigempa, Seattle yang awalnya dianggap 'jauh dari bencana', tak dibentengi sekuat itu.

Dalam pertemuan Seismological Society of America (SSA) di Miami pada Mei 2018 diketahui, waktu datangnya kembali gempa besar di Zona Subuksi Cascadia atau Cascadia Subduction Zone (CSZ) mungkin lebih cepat 200 tahun dari perkiraan sebelumnya.

Tekanan dari gerakan lempeng Juan de Fuca yang semakin menghujam ke bawah lempeng Amerika Utara, kian meningkat.

Berabad-abad berlalu sebelum lempeng akhirnya membangun tekanan yangcukup unutk kemudian berujung pada pelepasan yang tiba-tiba dahsyat, yang memicu apa yang dikenal sebagai gempa "megathrust", demikan menurut Paciffic Seismic Network Pacific.

Catatan geologis menunjukkan bahwa patahanan tersebut telah menghasilkan gmepa dahsyat berkekuatan 8,0 hingga 9,0, bersama dengan tsunami yang merusak, setidaknya setiap 500 tahun atau lebih.

Gempa besar terakhir terjadi pada tahun 1700, dengan kekuatan sekitar 8,7 hingga 9,2.

Namun, penelitian terbaru menyimpulkan, gempa besar di sepanjang bagian selatan Zona Subduksi Cascadia dapat terjadi lebih sering. Muncul setiap 300 tahun.

Hal itu diketahui berdasasrkan formasi di dasar laut yang disebut turbidit -- endapan batu dan tanah yang dihela dalam jumlah besar kelautan sekaligus di bagian selatan Zona Subduksi Cascadia.

Meski demikian, tim ilmuwan belum bisa memprediksi kapan lindu dahsyat akan terjadi.

Sejauh ini gempa tak mungkin diprediksi. Namun, mitigasi dan tindakan preventif mungkin bisa mengurangi malapetaka di masa depan.