Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences pada Senin, 14 Januari 2019 mengungkap sebuah temuan baru. Dalam laporannya, disebutkan bahwa Antartika kehilangan es enam kali lebih banyak setiap tahunnya, bila dibandingkan 40 tahun lalu.
Akselerasi pencairan es Antartika, yang sebagian besar terkait dengan perubahan iklim antropogenik, telah menyebabkan permukaan laut global naik lebih dari setengah inci sejak 1979.
"Itu baru di sebabkan oleh puncak gunung es-nya," kata penulis utama riset ini, Eric Rignot, yang juga merupakan ilmuwan di NASA dan profesor di UC Irvine.
"Ketika lapisan es Antartika terus mencair, kami memperkirakan permukaan air laut di dunia akan naik bermeter-meter pada abad-abad mendatang," imbuhnya, sebagaimana dikutip dari Forbes, Minggu (20/1/2019).
Rignot dan rekan-rekannya menghitung laju tahunan hilangnya es Antartika dari 1979 hingga 2017 menggunakan beberapa bukti pengamatan, termasuk program Landsat (Landsat program) gagasan NASA.
Konstelasi satelit pengamat Bumi ini diluncurkan pertama kali pada 23 Juli 1972. Misi tersebut memungkinkan tim peneliti untuk mengamati "ruang hampa di bawah lapisan es"dari 176 cekungan Antartika selama empat dekade.
Citra udara yang dihasilkan dari Operation IceBridge milik NASA, yang telah menerbangkan pesawat penelitian di benua yang berada di Kutub Selatan ini sejak 2009, juga membantu para peneliti memperkirakan hujan salju tahunan, erosi angin, ketebalan lapisan es, dan tingkat pembuangan gletser dengan akuran tinggi.
Dengan menyisir seluruh data tersebut, tim menemukan bahwa Antartika telah melepaskan lebih banyak es secara signifikan ke lautan setiap dekade (10 tahun).
Selama 1980-an, misalnya, es di Antartika mencair rata-rata sekitar 40 gigaton per tahun, Dari 2009 hingga 2017, jumlah itu meningkat sampai 252 gigaton.
Perubahan Iklim?
Selama dekade terakhir, sekitar 63 persen dari total kehilangan es di Antartika berasal dari Antartika Barat.
Antartika TImur membentuk 20 persen dari total kehilangan, sedangkan Semenanjung Antartika bertanggung jawab atas 17 persen sisanya.
Pendorong terbesar hilangnya es tersebut adalah circumpolar deep water (CDW), yakni massa air yang amat asin dan hangat, yang didorong dibawah es yang mengambang oleh arus barat kutub yang lebih kuat.
Air ini dengan cepat mencarkan lapisan es dan gletser dari bawah permukaan, dan diperkirakan akan terus memperburuk pencarian es di benua itu.
"Hubungan antara perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dan hilangna es Antartika, itu rumit. Emisi gas rumah kaca dan penipisan ozon terkait dengan pergeseran kutub barat, terlihat selama setengah abad ini. Perubahan itu telah mengekspos bongkahan-bongkahan es Antartika yang lebih rentan terhadap CDW,"ucap Rignot.