Eugene Stoner tak pernah bertemu dengan Mikhail Kalashnikov, meski ciptaan mereka nyaris selalu bersuara dimedan tempur. Tak jarang di pihak yang bermusuhan. Stoner adalah penemu senapan M16, sementara Kalashnikov melahirkan senapan AK-47.
Hingga akhirnya keduanya dipertemukan pada 16 Mei 1990, setahun sebelum Uni Soviet kolaps dan Perang Dingin tamat. Stoner menemui Kalashnikov yang baru saja mendarat di Bandara Internasional Dulles, Washington DC.
Meski terkendala bahasa, keduanya seakan saling mengenal dengan baik. Belakangan, seperti digambarkan dalam program sejarah Smithsonian Institution, mereka tahu satu sama lain melalui senjata ciptaan masing-masing.
Stoner dan Kalashnikov menghabiskan waktu sepekan bersama, menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara, saling mengomentari desain senjata masing-masing, dan mengungkap sumber kreativitas mereka. Keduanya juga ikut tur keliling kota dan mengunjungi pondok berburu.
Yang mengejutkan, seperti dikutip dari media Inggris, Independent keduanya ternyata punya latar belakang serupa: tak kuliah, dan tidak pernah menerima pendidikan formal soal cara bikin senjata.
Senapan AK-47 kemudian menjadi senjata paling terkenal didunia. Diproduksi jutaan pucuk senjata diciptakan pada tahun 1949 dan terlibat dalam banyak konflik di dunia.
Sementara, M16 mulai digunakan pada 1963 oleh Angkatan Darat AS dalam perang di belantara Vietnam. M16 adalah senapan utama infanteri militer AS, dan sejumlah variannya digunakan oleh hampir seratus negara.
"Saat terbaring dalam kondisi luka saat perang, aku mendengar serdadu lain mengeluhkan bagaimana senjata milik Jerman lebih baik dari punya kami," kata Kalashnikov soal alasan ia menciptakan AK-47, seperti dikutip dari The New York Times.
"Jadi, aku berniat menciptakan sesuatu untuk prajurit biasa -- senjata yang sederhana, tangguh, dan lebih baik daripada lainya di dunia.''
Stoner mengakui bahwa AK-47 tak terlalu rumit dan cenderung lebih jarang rusat saat digunakan. Meski demikian, menurut dia, M-16 lebih ringan dan lebih akurat saat ditembakkan.
Sejak pertemuan pertama mereka, Eugene Stoner dan Mikhail Kalashnikov menjadi kawan. Namun, meski banyak persamaan, keduanya punya perbedaan ekstrem. Soal uang.
Gaya Hidup Bak Bumi dan Langit
Meski punya banyak kesamaan, gaya hidup keduanya saling berlawanan. Penemuan Stoner menjadikan jutawan. Ia yang punya sertifikat pilot, menerbangkan pesawat miliknya sendiri.
Di sisi lain, Kalashnikov, pria bertubuh kecil dengan rambut putih yang tiga tahun lebih tua dari Stoner, harus sederhana.
Ia menggantungkan hidup dari uang pensiun dan tinggal di apartemen kecil di Moskow timur.
"Stoner punya pesawat pribadi," kata Kalashnikov. "Sementara, aku tak mampu membeli tiket pesawat.''
Selama kariernya di militer, Kalashnikov banjir penghargaan, termasuk Pahlawan Buruh Sosialis (Hero of Socialist Labor), Order of Lenin, dan Stalin Prize. Namun, karena karyanya tak pernah dipatenkan, ia tak pernah kaya dari itu. Tak dapat royaliti.
"Pada saat itu, di negaraku, mematenkan penemuan itu bukan hal penting. Kami bekerja untuk masyarakat sosialis, demi kebaikan rakyat, yang saya tidak pernah menyesal," kata dia suatu ketika.
Padahal, senapan AK-47 alias Avtomat Kalashnikova 1974 hingga kini masih jadi senapan yang paling banyak diproduksi.
Meski tak akurat, kasar, dan amat sederhana, performa AK-47 amat baik di medan berpasir dan basah --yang bisa membuat senjata yang lebih canggih seperti M-16 buatan AS, macet.
"Selama perang Vietnam, tentara Amerika akan membuang M16 mereka dan menggantinya dengan AK-47 dan meraup pelurunya dari tentara Vietnam yang tewas,'' kata Kalashnikov pada bulan juli 2007, pada upacara peringatan 60 tahun AK-47.
Kesesuaian AK-47 digunakan pada pertempuran di hutan dan padang pasir pertempuran membuatnya nyaris ideal untuk pemberontak Dunia Ketiga yang didukung oleh Uni Soviet. Dan Moskow tidak hanya membagikan AK-47 secara luas tetapi juga lisensi produksinya ke sekitar 30 negara.
AK-47 tenar di antara kaum revolusioner dan perjuangan pembebasan nasional. Bahkan gambarnya diabadikan pada bendera Mozambik.