Universitas Top Australia Diretas, Ratusan Ribu Mahasiswa Terdampak

Bendera Australia (iStockphoto via Google Images)

Sistem informasi milik sebuah universitas top di Australia telahdiretas. Australian National University (ANU) baru mengetahui peretasan itu dua minggu lalu, di mana sejumlah besar informasi staf dan mahasiswa diakses oleh "operator canggih".

Pihak ANU mengonfirmasi sekitar 200.000 orang telah terpengaruh oleh peretasan tersebut, dengan memperhitungkan jumlah mahasiswa setiap tahunnya dan pergantian stag, sebagaimana dilansir dari The Guardian.

Dalam sebuah pesan kepada staf dan mahasiswa, wakil rektor Brian Schmidt mengatakan seseorang secara ilegal mengakses sistem universitas top Australia itu pada akhir 2018 lalu.

"Kami percaya ada akses tidak sah ke sejumlah besar data pribadi mahsiswa,, staf, dan pengunjung,'' kata Schmidt.

Informasi yang diakses dalam pelanggaran data meliputi, alamat, tanggal lahir, nomor telepon, alamat email pribadi, rincian kontak darurat, nomor file pajak, informasui penggajian, detail rekening bank, detail paspor dan cattan akademik mahasiswa.

Universitas terbaik di Australia itu mengatakan rincian kartu kredit yang disimpan, informasi perjalanan, catatan medis, pemeriksaan polisi, kompensasi pekerja, nomor registrasi kendaraan dan beberapa catatan kinerja belum terpengaruh.

"Kami tidak memiliki bukti bahwa dokumen penelitian telah terpengaruh,'' kata Schmidt.

Proses Penyelidikan

ANU bekerja sama dengan agen keamanan pemerintah Australia dan mitra keamanan industri untuk menyelidiki serangan lebih lanjut, tambahnya.

Juli lalu, universitas peringkat teratas Australia itu mengatakan telah menghabiskan beberapa bulan melawan ancaman terhadap sistem komputernya, dengan laporan peretas ditelusuri mengarah ke China.

"Setelah insiden yang dilaporkan tahun lalu, kami melakukan serangkaian peningkatan pada sistem kami untuk melindungi data kami dengan lebih baik. Kalau bukan karena peningkatan itu, kami tidak akan mendeteksi kejadian ini,'' kata Schmidt.

Ahli keamanan dunia maya Greg Austin dari University of New South Wales mengatakan universitas di Australia adalah target utama.

Dia menonggolongkan serangan ini dalam skala menenngah hingga atas.

"Ini adil untuk mengatakan negara-negara, kekuatan utama dengan kemampuan  spionase dunia maya menargetkan sejumlah universitas .... karena elit dari berbagai negara belajar di universitas-universitas tersebut,'' katanya kepada Guardian Australia.

Akedemisi itu megnatakan beberapa siswa asing yang belajar di Australia memang berpotensi akan menjadi pemimpin di masa depan.


Tidak Bisa Menyalahkan ANU?

Austin menambahkan bahwa orang-orant tidak bisa serta-merta menyalahkan pihak ANU dalam tataran tertentu.

"Serangan semacam ini, jika mereka adalah pemerintah asing yang canggih, mereka akan mendapatkan informasi semacam ini dengan cara mencuri atau dengan melibatkan penjahat katanya.

Australian Cyber Secrity Centre mengonfirmasi bahwa pihaknya bekerja saa dengan ANU untuk mengamankan jaringan, melindungi pengguna dan menyelidiki kasus ini sepenuhnya.

"Kompromi ini merupakan pengingat penting bahwa ancaman dunia maya itu nyata dan bahwa metode yang digunakan oleh aktor jahat terus berkembang,'' kata seorang juru bicara.

"Sayangnya, aktor jahat dengan kemampuan, waktu, dan sumber yang ada memadai hampir selalu dapat berkompromi dengan jaringan komputer yang terhubung internet,'' kata juru bicara itu.

Australian Signals Directorate mengatakan bahwa hal ini nampaknya dilakukan oleh aktor yang canggih.

Universitas telah menyiapkan hotline untukstaf dan mahasiswa yang peduli tentang pelanggaran, yakni pada nomor telepon 1800 275 268.