Demam auto-battler membuat banyak penerbit berlomba menghadirkan game imitasi dari Auto Chess. Kini giliran sang penerbit PUBG Mobile, Tencent, yang menawarkan Chess Rush buatan merka. Secara kasat mata, game ini masih mengembangkan mekanik dan karakteristik yang sama dengan Auto Chess.
Kira-kira, apa saja aspek lain yang berusaha disesuaikan sama Tencent? Lalu, apakah formula tersebut berhaisl? Temukan jawabannya dalam ulasan Chess Rush di bawah ini!
Imitasi yang Enggak Menawarkan Hal Baru
Lagi-lagi, game yang lagi ngehit bikin para pengembang seakan terkena "penyakit" yang membuat mereka malas berinovasi. Tencent lagi-lagi mengimitasi mekanik hampir semua Hero. Mereka hanya menambahkan beberapa hal yang justru berdampak sedikit ke pola permainan. Sinergi maupun kemampuan para Hero dibuat percis sehingga pemain hanya perlu membandingkan beberapa karakter.
Tencent boleh saja berbangga kalau mereka menawarkan mode cepat bernama Turbo ketika merlis Chess Rush. Sebenarnya, mode ini telah lebih dulu diimplementasikan Drodo dalam Auto Chess. Aturannya pun sama. Pemain hanya memiliki 60 poin darah dan menghadapi delapan lawan yang sepadan dengan fase yang lebih cepat.
Namun, enggak ada yang benar-benar berbeda dari mode Turbo. Dengan strategi yang masih sama, enggak ada hal baru yang ditawarkan sama Chess Rush.
Dari interface juga dapat dilihat kalau Tencent mengubah tampilan daftar pemain dan sinergi. Mereka bisa dibilang hanya menukarnya dari mayoritas game auto battler yang secara proporsi menempatkan daftar pemain di sebelah kiri. Kini membuat orientasi pemain game lain kurang nyaman ketika menyentuh Chess Rush.
Grafik yang Kurang Memanjakan Mata
Sebagai tandingan buat beberapa game yang rilis lebih dulu, Chess Rush menawarkan sajian grafis yang justru tampil penuh kekurangan. Selain karakter yang didesain terlalu berlebihan, visualisasi yang ditawarkan oleh Chess Rush dipenuhi teks yang bikin jengkel.
Dibagian shop misalnya, bukannya menyisipkan simbol sinergi, Tencent malah menuliskan ras dan kelas karakternya. Hal ini tentu sangat memngganggu mengingat ada karakter yang punya dua ras atau dua kelas sehingga teksnya memenuhi layar. Padahal, mereka membuat ikon simbol. Tampilan ini sangat disayangkan karena justru enggak mendorong aksesibilitas.
Rasa Game Mobile yang Hambar
Meski banyak hal yang serupa, terlihat intensi Tencent untuk menyediakan ruang bermain game auto battler berbasis sosial. Pemain bisa memasang foto profil mereka dan terhubung langsung dengan media sosial Facebook. Setidaknya, avatar tidak dimanipulasi sebagai konten berbayar.
Mata uang di luar permainan seperti Gold maupun Voucer bisa dibilang mempertahankan model transaksi item di kebanyakan game mobile. Meski enggak menghadirkan fitur gacha, mereka mematok harga pasti untuk beberapa item. Di bagian menu, konten customization ini tampil cukup dominan sehingga terkesan menawarkan pemain pilihan yang kurang berkenan.
Game ini memang "diiklankan" oleh Tencent agar optimal untuk mobile. Sayangnya hal tersebut jadi tampak lemah lantaran selain membuat gameplay yang mirip, pemain harus mengumpulkan banyak poin untuk menukarnya dengan item di luar permainan. Yakin, ingin menghabiskan waktu banyak hanya untuk memainkan permainan seperti ini?
Minimnya Penyesuaian yang Berpengaruh
Beberapa poin seperti darah milik karakter maupun level pemain sempat diotak-atik oleh Tencent. Kini, di dua ronde pertama, pemain bisa menaruh dua pion sekaligus. Hal ini sedikit berdampak kepada perolehan kristal sebagai mata uang yang pemain pakai di game ini.
Selain itu, mereka juga mengubah jumlah Experience Point menjadi lebih panjang. Meski begitu, menuju akhir permainan enggak ada dampak khusus yang berpengaruh.
Di sisi lain, mereka memberlakukan sistem item yang terkesan memperburuk permainan. Pasalnya, item yang didapatkan pemain secara acak di ronde monster dibatasi penggunaanya. Pemain hanya bisa menyematkan item dengan karakter yang cocok.
Dampaknya, situasi ini tentu membuat meta yang bisa dipakai jadi sangat monoton. Padahal beberapa game lainnya membebaskan penggunaan item sehingga permainan terasa jadi lebih atraktif. Hilangnya sinergi antara ruang kebebasan pemain dan penyesuaian baru inilah yang membuat Chess Rush tampil buruk.
Secara keseluruhan, Chess Rush gagal menunjukkan originalitasnya. Game semacam ini rasanya menjadi proses imitasi yang salah tempat. Sudah banyak gamme sandingan lani yang disebut dan beberapa berani menelurkan karakter atau mekanisme baru. Jika terus menjiplak seperti ini, jangan heran pada nantinya game ini akan terlupakan dengan sendirinya.
Kurangnya peningkatan performa dan lagi-lagi usaha imitasi membuat hadirnya game auto-battler semacam ini dirasa tidak perlu. Chess Rus bisa saja menawarkan orisinalitas sistem karakter namun mekanik serta keberadaan karakter yang mirip lagi-lagi membuat variasi semacam ini enggak berkesan sama sekali.