12-8-1961: Saat Tanda Tangan Politikus Komunis Membelah Berlin Jadi Dua

Tembok Berlin

Pasca-Perang Dunia II, kekuatan dunia terbagi menjadi dua.

Kekuatan pertama dipimpin Amerika Serikat dan sekutu yang kemudian disebut NATO. Kekuatan kedua dikomando Uni Soviet yang kemudian membentuk kelompok Pakta Warsawa.

Kedua kubu kemudian terlibat perang dingin. Bukan perang dalam pengertian umum, tapi lebih kepada 'perang propaganda', penamaan pengaruh, hingga 'perang proksi'.

Salah satu di antaranya terjadi di Jerman, yang membuat negara tersebut terpecah menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur.

Awalnya Jerman terbagi menjadi 4 zona kekuasaan. Yakni zona milik Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet.

Namun kemudian zona tersebut mengerucut menjadi 2 bagian, yakni zona Barat yang dikuasai AS beserta sekutu, dan Zona Timur di pegang Uni Soviet. Jerman Barat dengan sistem pemerintahan demokrasi dan Jerman Timur dengan sistem pemerintahan komunis.

Dalam masa tegang tersebut, Tembok Berlin dibangun untuk memisahkan wilayah Jerman Barat dan Jerman Timur.

Seperti dikutip dari CNN, pembangunan tembok ini diprakarsai oleh Pemimpin Komunis Walter Ulbricht.

Tepat pada tanggal 12 Agustus 1961, 58 tahun silam, Ulbricht menandatangani surat perintah untuk memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur dalam sebuah pertemuan partai sosialis Jerman Timur (GDR) di DOllnsee, Berlin Timur.

Pada malam 12 Agustus, polisi dan tentara Jerman Timur mulai menutup perbatasan. Dan pada Minggu, 13 Agustus 1961, Kepala Komando Militer Jerman Timur Erich Honecker memerintahkan polisi dan tentara untuk memulai konstruksi tembok  besar yang kemudian disebut sebagai Tembok Berlin.

Reaksi Amerika

Amerika Serikat beraksi atas pembangun tembok tersebut. Wakil Presiden AS saat itu, Lyndon B Johnson dan pensiunan Jendral Lucius Clay datang untuk memberikan dukungan ke Jerman Barat. Beberapa hari kemudian, pasukan AS dikirim ke Berlin seiring meningkatnya ketegangan di perbatasan.

Ketegangan semakin menjadi-jadi pada 23 Agustus 1961, ketika Jerman Timur melarang warga Jerman Barat yang tidak memiliki izin resmi, masuk ke wilayah Timur.

26 Juni 1963, Presiden Amerika Serikat John F Kennedy datang ke Jerman Barat. Dia berpidato di hadapan 120 ribu warga Berlin, Kennedy, dan mengatakan "Ich Bin ei Berliner", artinya "Saya ini warga Berlin."

Dengan suara berapi-api, Kennedy menegaskan bahwa Jerman Barat merupakan simbol kemerdekaan yang kini berada di bayang-bayang ancaman Perang Dingin. Jerman Timur kala itu memihak ke kubu Uni Soviet.

"Dua ratus tahun lalu. Korban kata-kata semangat paling berpengaruh adalah 'civis Romanus sum', (saya ini warga Romawi). Hari ini, atas nama kedaulatan, kobaran paling berpengaruh yakni 'Ich bin ein Berliner'', tegas Kennedy yang memprotes tembok Berlin, seperti dimuat BBC.

Meruntuhkan 'Pemisah'

Waktu terus berlalu, di tahun 1970-1980-an, pemimpin kedua kubu, baik itu Uni Soviet dan Amerika Serikat mulai melakukan dialog untuk membuat kesepakatan agar warga Jerman Barat dan Jerman Timur bisa dengan mudah melintas perbatasan.

Hingga pada akhirnya, 12 Juni 1987, Presiden AS kala itu, Ronaald Reagan menantang Pemimpin Komunis Uni Soviet Mikhai Gorbachev untuk meruntuhkan Tembok Berlin. Disusul dengan aksi dari warga Jerman Timur yang menginginkan reformasi dan kebebasan dari pemerintahan komunis.

Pada waktu yang bersamaan, sedikit demi sedikit warga Jerman Timur menghancurkan tembok berlin. Alih-alih mencegah, Pemerintah Jerman Timur memutuskan untuk membua perbatasan tersebut.

Buldozer dikerahkan untuk menghancurkan tembok. Warga dari kedua sisi, baik Barat dan Timur yang berkumpul saat penghancuran pun senang, akhirnya mereka bisa bersatu.

Jatuhnya Tembok Berlin merupakan awal dari Reunifikasi Jerman, yang ditandatangani oleh perwakilan  pihak Barat dan Timur para tanggal 3 Oktober 1990.

Pada tanggal yang sama di tahun 1960, satelit komunikasi pertama milik NASA Echo 1A sukses diluncurkan.

Selain itu, pada 1985 Japan Airplanes dengan nomor penerbangan 123 mengalami kecelakaan di Prefektur Gunma. Akibat kejadian itu, 520 orang meninggal dan 4 penumpang lainnya selamat.