Danau Mono di California mengandung air asin arsenik dan seidkit sekali terdapat tanda-tanda kehidupan. Sekarang, para peneliti menemukan delapan spesies cacing yang tumbuh subur di ekosistem ekstrem tersebut --salah satu spesies punya tiga jenis kelamin, menurut studi baru yang dikutip dari Live Science.
Danau Mono terletak di Pengunungan Sierra sebelah timur dan merupakan habitat bagi udang air asin, lalat penyelam (Ephydra hians), bakteri, dan alga, dan tidak ada yang lain. Begitulah yang dipikirkan para ilmuwan.
Ahli biologi Paul Sternberg dan rekan-rekannya di California Institute of Technology berpikir bahwa cacing mikrokopis yang disebut nematoda mungkin bersembunyi di Danau Mono, sebagian karena makhluk yang menggeliat itu dianggap sebagai hewan paling banyak ditemukan di Bumi.
Pernyataa Sternberg benar. selama ekspedisi ke Danau Mono, tim menemukan cacing mikroskopis yang dapat menahan paparan arsenik 500 kali lebih banyak daripada manusia, demikian menurut penemuan yang diterbitkan pada Kamis, 26 September 2019 dalam jurnal Current Biology.
"Danau Mono terkenal sebagai ekosistem yang membatasi kehidupan binatang ... jadi sunggu keren ketika mengetahui cacing-cacing ini berasil hidup disana, bersama udang dan lalat, memperluas seluruh ekosistem secara signifikan,'' ujar Lucy Stewart, seorang ahli mikrobiologi di GNS Science di Selandia Baru yang tidak berpartisipasi dalam penelitian Sternberg.
Tim Sternberg mengunjungi Danau Mono pada musim panas 2016 dan 2017, mengambil sampel tanah kering disekitar air danau, di zona pasang surut dan didalam danau itu sendiri.
Mereka kemudian menemukan delapan nematoda yang memiliki berbagai bentuk mulut. Mulut yang berbeda pada setiap cacing memungkinkan makhluk itu mengunyah makanan pilihannya.
Beberapa nematoda merumput di mikroba --gambarnya sama seperti sapi yang sedang merumput. Sedangkan yang lain memangsa binatang. Ada juga yang sifatnya parasit dan menjadi 'pengunci nutrisi' pada inang yang mereka hinggapi.
Auanema
Tim peneliti membiakkan satu species cacing dari kelompok evolusi yang disebut Auanema di laboratorium dan menemukan bahwa makhluk ini menapilkan tiga jenis kelamin berbeda, serta membawa keturunan yang berkembang di dalam tubuh mereka. CNN menyebut binatang itu meletakkan anaknya dalam sejenis kantung seperti kangguru.
Kode genetik cacing tersebut mengungkapkan utasi pada gen yang disebut dbt-1, yang membantu memecah asam amino yang membentuk protein. Para penulis menyimpulkan, perubahan genetik ini mungkin ikut bertanggung jawab atas kebalnya arsenik pada tubuh seekor hewan.
Spesies Auanema lain juga memiliki mutasi genetik tersebut dan menunjukkan beberapa tingkat resistensi arsenik, meskipun delapan cacing Danau Mono tampaknya cocok tinggal di lingkungan yang sangat beracun, The Scientist melaporkan.
"Studi kami menunjukan bahwa kami masih harus banyak belajar tentang bagaimana 1.000 sel hewan ini telah menguasai kelangsungan hidup di lingkungan yang ekstrem,'' kata rekan penulis studi Pei-Yin Shih,seorang mahasiswa pascasarjana di California Institute of Technology.
Mempelajari cacing aneh tersebut dapat membantu para ilmuwan mencari cara untuk melindungi orang dari meminum air yang terkontaminasi arsenik, para penulis menambahkan.
Selain itu, studi baru ini juga dapat menambah pemahaman kita tentang bagaimana sebuah kehidupan bertahan di lungkinan yang ekstrem.