Jika ada nama perusahaan game yang sempat membuat sensasi, ingatan kita mungkin terpusat dengan Electronic dengan Electronic Arts (EA). Beberapa tahun ke belakang, EA sempat dituding sebagai perusahaan game terburuk lantaran doyan mengeksploitasi konten game miliknya.
Selain membeli game, pemain diharuskan mengeluarkan uang lebih banyak untuk mengakses downloadable conten (DLC) yang jumlahnya sangat banyak. Enggak berlebihan jika Electronic Arts dicap sebagai developer dan publisher yang ''mata duitan".
Untungnya, seakan gerah dengan umpatan, perusahaan besar ini pun berbenah. Tahun lalu, EA berhasil membuktikan bahwa mereka ingin merebut kembali hati penggemar. Bisa dibilang 2019 merupakan kebangkitan terbesar EA setelah terpuruk.
Penasaran bagaimana EA akhirnya bisa membuktikan diri sebagai perusahaan game yang layak dipercaya kembali oleh penggemar? Simak penuturannya berikut ini!
1. Apex Legends yang Fenomenal
Pada akhir 2018, tersiar kabar kalau EA tengah menyiapkan sebuah game gratis bertema battle royale. Para penggemar bayak yang mencemooh rencana ini lantaran sudah banyak game battle royale yang dikembangkan sedari 2017. Namun, Apex Legends yang dikerjakan oleh Respawn akhirnya membuktikan kalau mereka layak mendapat panggung.
Meminjam semesta Titanfall, game ini berhasil mengembangkan sistem karakter yang enggak hanya unik dengan kemampuan tertentu, tapi juga menyediakan orisinalitas di permainan. Wajar jika akhirnya game ini dibilang groundbreaking dengan beberapa fitur yang berpengaruh seperti respawn hingga ping yang di komunikatif. Dalam sebulan, Apex Legends sentuh rekor pemain hingga 50 juta.
2. Need for Speed: Heat Kembalikan Nuansa Balap Jalanan
Setelah Need for Speed: Payback mengecewakan pemain lantaran adanya sistem gatcha, akhirnya EA kembali ke formula lama. Need for Speed: Heat berhasil menawarkan campaign yang berkesan dengan tambahan beragam fitur menarik. Memainkan game ini serasa kembali ke zaman Need for Speed: Underground, Most Wanted dan Carbon.
Sebenarnya, perbaikan EA untuk membuat Need for Speed: Heat cukup minor. Mereka hanya perlu meniadakan sistem lootbox dan kembali membebaskan pemain untuk mencari kendaraan dan sistem modifikasi di dalamnya. Alhasil, dari mulai mode single player hingga multiplayer online dalam game ini jadi enggam memberatkan pemain.
3. Jedi: Fallen Order Puaskan Penggemar Star Wars
Sejak pemain dibuat kecewa dengan Star Wars: Battlefront, EA dituding enggak berhak meneruskan game dari waralaba Star Wars. Rencana mereka untuk membuat game single player bertajuk Star Wars Jedi: Fallen Order juga membuat penggemar was-was. Studio Respawn yang mendapat reputasi baik pun dipercaya untuk membuat game ini dan hasilnya sangat memuaskan.
Pertama, game ini berhasil melakukan tribute terhadap semesta Star Wars. Mengambil latar kosong pasca Order 66, karakter protagonis baru yang muncul juga jadi sangat berkesan. Adalah Cal Kestis yang kini menjadi karakter berkesan buat penggemarnya. Kehadiran game ini seakan menganulir pernyataan EA sendiri bahwa game petualangan singleplayer masih relevan buat para penggemar.
4. Rujuk dengan Steam
Seakan ingi merengkuh banyak penggemar, EA pun mengambil langkah marketing untuk bekerja sama dengan platform penjualan game lain, Steam. Di platform PC, mereka menghadirkan game client sendiri bernama Origin yang sayangnya enggak punya playerbase luas. Mereka juga ikut menjual gamenya di platform milik Epic Games untuk merengkuh sebanyak mungin pemain baru.
Dengan begini, pemain bisa mengakses game milik Electronic Arts lewat game client favoritnya di platform PC. Mereka juga tetap mempertahankan layanan subscriber miliknya seperti Origin Prime agar tetap bisa dinikmati lewat Steam dan Epic Games Store. Mungkin, EA sudah sadar kalau Origin enggak bisa bersaing dengan kedua raksasa pasar game digital ini.
5. Konten Star Wars Battlefront II Diperbaiki
Enggak bisa dimungkiri, Star Wars Battlefront II jadi salah satu kegagalan terbesar EA. Bukannya memperbaiki konten di game pertamanya, mereka malah menciptakan sekuel yang ketika dirilis kontennya sangat sedikit. Sudah mahal, game ini juga tetap memberlakukan lootbox dan memeras pemain.
Untungnya, EA masih mau memperbaiki game ini dengan bertahap menghapus lootbox hingga menyediakan konten baru di DLC. Dalam momen perilisan film terakhir Star Wars: The Rise of Skywalker, mereka juga merilis DLC penutup serta membuka akses DLC lainnya. Alhasil, para penggemar bisa menikmati Star Wars Battlefront II dengan lebih luas dan ulasan untuk game ini pun berangsur membaik.
Sang raksasa industri game yang telah berperan lebih dari 30 tahun tersebut memang punya banyak fase. Wajar jika penggemar meminta banyak dari perusahaan sebesar Electronic Arts. Dari jerih payah mereka, tahun lalu menjadi monumen penting sebagai bukti kebangkitan EA.