Industri Game Menghitam Hormati Suara Minoritas di Amerika

Industri Game Menghitam Hormati Suara Minoritas di Amerika

Kematian George Floyd yang menjadi korban kekerasan polisi di Minnesota, Amerika Serikat berujung untuk rasa hingga berhari-hari. Seakan ingin menyarakan hal yang sama lantaran kasus kekerasan berlatar rasisme di Amerika Serikat yang tak kunjung surut, para pelaku di industri game turut "menghitamkan" sosial media serta menghentikan beberapa kegiatan untuk menyarakan #BlackOutTuesday dan #BlackLivesMatter.

Beberapa pengembang game besar seperti Bethesda, Naughty Dog, hingga Riot Games menyuarakan kesetaraan di sosial media mereka. Mereka menyuarakan untuk berdiri bersama komunitas minoritas di Amerika Serikat yang tak henti-hentinya mendapatkan tekanan dan ketidakadilan.


Tidak hanya menyuarakan kestaraan saja, Riot Games, misalnya bakal mendonasikan 1000 dolar Amerika Serikat dari setiap karyawaannya kepada komunitas kulit hitam yang terdampak. Uang ini pun difokuskan kepada gerakan keadilan sosial di Amerika Serikat hingga membantu bisni komunitas kulit hitam yang terdampak kisruh yang terjadi dalam beberapa hari ke belakang.

Dalam gerakan Riot Games  Social Impact Fund ini, sang pengemang pun mengajak para penggemar gamenya untuk bisa berdonasi langsung di laman resmi milik mereka. Sejak diinisiasi 2019 lalu, gerakan ini pun sempat mendonasikan 1.5 juta dolar Amerika pada Maret silam untuk mengurangi dampak COVID-19 di negaranya.

Bersama dengna Playstation, Naughty Dog juga mengambil langkah donasi yang lebih signifikan. Selain mendonasikan untuk advokasi yang lebih baik, Playstation dan Naughty Dog menyumbangkan uangnya kepada American Civil Liberties Union Foundation serta organisasi yang menuntut kesetaraan lainnya di Amerika Serikat. Harapannya, insiden ini tidak bakal terulang, terlebih jika kejadian represi terhadap kalangan minoritas kerap dilakukan oleh otoritas yang seharusnya melindungi hak-hak warga sipil.


Selain mendonasikan uangnya, Playstation juga secara resmi mnghentikan pengumuan mengenai game teranyar mereka yang rencananya bakal bergulir pada 5 Juni ini. Mereka pun mengatakan bahwa tidak ada waktu unutk merayakan ketika hak-hak warga minoritas masih dikekang oleh tekanan pihak berwajib.

Meskipun di masa pandemi ini industri game menderita lantaran dihentikannya banyak event seperti E3, gerakan semacam ini dinilai perlu untuk kembali mencari arti kemanusiaan. Meski Amerika Serikat tergolong sebagai negara maju, nyatanya masih banyak kasus rasisme yang nyatanya terus berulang. Semoga saja ini enggak kejadian di Indonesia, ya!