Buat par apengikut jagat anime One Piece, pastinya game One Piece: World Seeker jadi salah satu yang kalian tunggu di 2019 ini. Pasalnya, game ini sudah diwacanakan sejak akhir 2017 dan cuplikanya sangat mengundang. Mengusung dunia terbuka, game ini menghadirkan sajian petualangan yang dibawakan oleh karakter Luffy, kapten bajak laut Topi Jerami yang sangat kuat. Diceritakan kalau Luffy, kapten bajak laut Topi Jerami yang sangat kuat. Diceritakan kalau Luffy dan kawan-kawan terperangkap di sebuah pulaubernama Jail Island yang jadi markas rahasia para Angkatan Laut.
Penasaran sama petualangan yang disajikan sama One Piece: World Seeker? Simak ulasannya berikut ini.
Grafis dan Dunia yang Memikat
Kesan pertama dari sajian grafis dan dunia yang dihadirkan membuat One Piece: World Seeker sangat memikat. Gaya animasi dan dunia tiga dimensi yang disajikan tampak hidup dan menjanjikan. Ekspresi karakter yang ditawarkan juga mampu diterima dengan sangat baik, berbeda dengan pengalaman Jump Force yang kualitas grafisnya terkesan mengecewakan.
Enggak hanya disitu saja, suara dialog karakter yang coba mengikuti kualitas animenya juga tampil sangat baik. Dari mulai cutscene hingga efek suara Luffy saat bertarung punya cermin yang baik. dari mulai cutscene hingga efek suara Luffy saat bertarung punya cerminan yang baik. karena mengambil latar sebuah pulau, pemain bakal mengeksplorasi Jail Island yang terbagi dalam beberapa kawasan seperti kota serta pelabuhan, atau markas besar Angkatan Laut uyang jadi zona terakhir. Semuanya bisa pemain jelajahi.
Jika dibawa sambil berjalan-jalan, sebenarnya dunia yang disajikan terkesan kecil dan enggak mempunyai banyak wahana untuk dijalankan. Hanya ada beberapa titik item atau harta karun yang dengan gamblang ditempatkan di dalam peta sehingga pemain bisa dengan mudah mengoleksinya. Kualitas open world yang dihadirkan juga enggak mampu membawa dunia yang hidup dengan interaksi.
Hadirnya NPC juga punya bobot yang baik sebenarnya. Dialog yang hidup dengan ekspresi serta beberapa side quest bisa memberikan pemain tambahan item terlebih ada nilai karma yang juga ikut dibawa ke dalam game ini. Sayangnya, baik karma maupun sidequest enggak memberikan gairah yang baik karena frequensinya terlalu banyak dan enggak cukkup berpengaruh di dalam game.
Kesan Bermain yang Nanggung
Sayangnya, game ini mengeksekusi bentuk permainan yang terkesan kurang baik. Karakter Luffy yang bakal kita mainkan disepanjang game bakal mendukung petualangan dengan kemampuan buah iblis Gomu Gomu No Mi miliknya. Disini, keterbatasan permainan terkesan menimbulkan kejenuhan dimana pemain hanya bisa memanjat beberapa objek saja. Sisanya, Luffy dipaksa berlari dan berjalan jauh hingga game terkesan sunyi.
Meski platforming dan kontrol game terasa cukup menjanjikan, ternyata di pertarungan game ini enggak mampu menghadirkan sesuatu yang menarik. Kombinasi pertarungan satu tombol dan dua gaya (Haki) yang bisa dipakai terkesan sangat kaku. Alhasil, game ini enggak menyajikan pertarungan yang cukup dipenuhi aksi. Seolah-olah Luffy hanya mampu memukul dengan gaya yang itu-itu saja.
Kejenuhan game ini dapat dirasa dari perjalanan yang mengharuskan Luffy seolah-olah jadi Spider-Man dengan mampu mengayunkan tangan panjangnya untuk memanjat tempat tinggi. Buruknya lagi, enggak ada kontrol yang sederhana sehingga pemain harus mengarahkan crosshair (yang umumnya ada di game shooter) ke arah pucuk obyek.
Nantinya, crosshair ini juga dipakai untuk melancarkan bidikkan Luffy ke arah musuh. Seolah-olah Manusia karet ini bisa menembakkan angin dari pada memanjangkan tangannya. Sistem pengembangan karakter yang juga disematkan pada game ini memerlukan peningkatan yang sangat menyita waktu. Pemain bisa sampai dengan mudah ke akhir game tanpa menyelesaikan sistem growth jika tidak bertumpu pada pengembangan karakter.
Di lain sisi, desain karakter bos dan musuh penting di sepanjang pertarungan punya nilai yang baik. Beberapa karakter orisinal yang muncul di jagat animenya punya beberapa gerakan yang cukup sesuai. Sayangnya, lagi-lagi jika kembali ke kontrol dan mekanik Luffy, pertarungan yang disajikan jadi enggak menantang. Jika mampu menghindari serangan musuh (yang di game ini cenderung mudah ditebak) kita mampu membalas dan bakal memenangkan pertarungan.
Ketika luffy membuka Gear-nya, baru permainan terasa punya mekanisme yang cukup baik. Sayangnya, kesempatan ini hanya berlangsung sebentar di beberapa pertarungan tertentu saja. Ini adalah treatment yang paling mengecewakan di game ini. Seharusnya, implementasi kekuatan Luffy dari Gear yang bisa dia keluarkan mampu dibawa cukup sering, bukannya dikembangkan lewat sistem growth yang sangat menyita waktu.
Ketika luffy membuka Gear-nya, baru permainan terasa punya mekanisme yang cukup baik. Sayangnya, kesempatan ini hanya berlangsung sebentar di beberapa pertarungan tertentu saja. Ini adalah treatment yang paling mengecewakan di game ini. Seharusnya, implementasi kekuatan Luffy dari Gear yang bisa dia keluarkan mampu dibawa cukup sering, bukannya dikembangkan lewat sistem growth yang sangat menyita waktu.
Karakter One Piece yang Membangkitkan Nuansa
Di game ini, sayangnya pemain hanya mampu mengendalikan karakter Luffy saja, meski para penggemar anime One Piece tahu kalau anggota kru bajak laut Topi Jerami dipenuhi orang-orang kuat. Enggak hanya menghadirkan kru Luffy saja, pilihan karakter seperti Admiral dan petinggi Angkatan Laut semacam Smoker, Borsalino, hingga Sakazuki muncul di game ini.
Jika saja Ganbarion dan Bandai Namco mampu memberdayakan premis Luffy sebagai karakter game, One Piece: World Seeker kayaknya bisa jadi contoh adaptasi anime ke game yang baik. Sayangnya, enggak lebih dari sekedar menyajikan karakter One Piece, game ini punya bentuk yang enggak memberikan tantangan dan hiburan. Jika saja ada kesempatan memainkan karakter lain, sebenarnya game ini bisa jadi wahana yang cukup baik.
Kualitas premis cerita di dalam game juga ikut dibentuk oleh sang mangaka, Eichiro Oda sebenarnya cukup memikat. Sayangnya, mekanisme yang dihadirkan terkesan sangat kaku dan membosankan hingga menuju akhir game. Mulai dari penggunaan item yang enggak berdampak, dunia luas yang enggak menyajikan petualangan, serta pertarungan yang monoton membuat game ini enggak menyentuh sama sekali.
Jika saja Ganbarion dan Bandai Namco mampu memperbaiki kualitas mekanik serta pilihan karakter yang mampu pemain kendalikan, game ini bakal punya kesempatan untuk jadi contoh adaptasi anime ke dalam game yang berkesan.