Hari ini 89 tahun lalu, sebuah pemberitaan membuat heboh khalayak. Pagi itu, 18 April 1930 pukul 06.30 waktu Inggris, adalah jadwal buletin berita di Radio BBC. Namun, yang terjadi sangat tak terduga.
Tiba-tiba saja seorang penyiar radio mengumumkan, '' Semalat pagi. Hari ini adalah Jumat Agung. Tak ada berita.''
BBC menganggap tak ada informasi yang penting dikabarkan hari itu. Koran-koran juga tak dicetak di hari libur tersebut.
Lalu, alunan musik dari denting piano diputar selama beberapa menit, menggantikan berita-berita singkat yang biasanya dibacakan. Benarkah sama sekali tak ada berita hari itu?
Di belahan Bumi yang lain, tepatnya di Bangladesh yang kala itu dibawah kekuasaan Inggris, sekelompok pejuang muda di Chittagong menyerbu gudang senjata milik polisi. Pemberontakan dilancarkan pada hari itu.
Beberapa hari kemudian, kaum revolusioner terlibat baku tembak dengan tentara Inggris -- yang kehilangan serdadunya. Di pihak lain, puluhan pemberontak tewas.
Para ahli saat ini juga tak sepakat 18 April 1930 adalah 'hari paling membosankan'. Kata mereka, hari itu dunia berada di masa Depresi Besar (Great Depression) atau malaise. Tingkat perekonomian di seluruh dunia menurun secara drastis.
Di hari itu, juga hari kematian Joaquim de Albuquerque Arcoverde Cavalcanti, kardinal pertama yang lahir di Amerika Latin. Ada juga kelahiran Clive Revill, aktor kelahiran Selandia Baru yang terkenal karena pertunjukkan Shakespeare di atas panggung London.
Peristiwa Lainnya
Selain 'hari tanpa berita', tanggal 18 April diwarnai sejumlah peristiwa.
Pada tahun 1906, gempa besar mengguncang San Fransisco, Amerika Serikat. Kekuatannya mencapai 8,2 skala Richter.
Pagi itu, pukul 05.12 waktu setempat, sesar San Andreas yang retak memicu guncangan hebat yang membangunkan warga. Lindu dirasakan dari Oregon ke Los Angeles, dan sampai ke pedalaman ke Nevada tengah.
Gempa yang disusul kebakaran besar dianggap sebagai salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah Amerika Serikat. Sekitar 3.000 nyawa terenggut kala itu.
Sementara, pada 18 April 1955, Konfrensi Asia Afrika dimulai di Bandung, Indonesia.
Pertemuan yang berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka bertujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika. Juga untuk melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.