Derita Pengguna Hero Support di Dota 2

Support Dota 2

Sebagai game yang memadukan aksi serta strategi, Dota 2 bakal menguji peran pemain di dalam tim. Seorang Support enggak bisa dimungkiri menjadi salah satu peran vital di dalam jantung permainan.

Perannya yang sangat penting bisa menentukan arah bermain dan kemenangan dari tim. Bahkan, skena kompetitif pun telah mengakui kalau posisi kapten jatuh pada pemangku Support.

Namun, enggak jarang juga pemain Support jadi yang paling sering disalahkan di dalam game. Padahal, anggota tim enggak bermain terlalu maksimal namun para Support jadi bulan-bulanan setiap kali bermain.

Memangku peran krusial memang bikin pemain Support pung banyak derita. Yuk, simak dan pahami beberapa cerita berikut ini!



1. Komitmen Menjadi Budak

Sesuai dengan namanya, seorang Support harus bisa mendukung anggota tim lain. Berbeda dengan pemain Semi-Support  di posisi ke empat, seorang Support murni harus berkomitmen menjadi budak di dalam permainan. Dari mulai memilih Hero lebih dulu, seorang Support bakal memulai pengorbanannya untuk membuat para pemain Core mendapat kesempatan lebih baik.

Dari semenjak fase persiapan, para Support harus rela mengorbankan beberapa item seperti Observer Ward hingga Tango untuk dibagikan kepada midlaner. Ada kalanya mereka harus siap bermain pasif ketika memasuki jalur pertempuran. Untuk memaksimalkan permainan, para oemain Support dilarang mendapatkan last hit.



2. Miskin Karena Membeli Barang Support

Menjadi budak di permainan, para pemain Support harus rela bertengger di urutan terbawah networth. Ada semacam dilema kalau pemain Support harus siap menghabiskan uangnya menyadikan item seperi Observer Ward, Sentry Ward untuk membasmi Observer atau unit invisible dari tim musuh, hingga menyediakan Dust dan Smoke setiap waktu.

Dengan komitmen semacam ini, seorang Hero Support bakal kesulitan berkembang. Di 40 menit permainan, biasanya mereka hanya mampu memperoleh satu item lantaran berkembang lebih lambat ketimbang pemain inti. Alhasil, rata-rata gold per minute (GPM) dan experience point per minute (XPM) dari seorang pemain Support enggak bisa dibandingkan.



3. Bersiap Disalahkan Setiap Waktu

Sudah mejnadi budak miskin, para pemain Core biasanya doyan menimpalkan kesalahan kepada seorang Support. Ketika terkena gank dari musuh, pasti posisi Ward milik Support yag disalahkan. Padahal, biasanya pemain Carry keasyikan farming sampai lupa untuk mencari posisi aman.

Ketika berada dalam kemelut pertarungan, seorang Hero Support yang notabene punya kemampuan penting bakal disalahkan jika kemampuannya enggak keluar. Alih-alih mencari kesempatan, para Hero Support biasanya diincar lebih dulu oleh Carry milik musuh. Alhasil, kemiskinan makin memperburuk keadaan pemain Support seiring waktu.



4. Jadi Umpan

Meski perannya cukup penting, seorang Hero Support bisa dibilang enggak "berharga'' do dalam pertarungan. Jika disuruh memilih untuk mengorbankan Hero inti, para pemain Support harus rela menjadi umpan untuk menyelamatkan anggota tim lainya.

Memakai Hero Support dan loncat ke depan pertarungan tentu dilematis. Pasalnya, mereka enggak punya pertahanan yang kuat dan sudah pasti mati di pertarungan. Jika timing enggak tepat, alih-alih menyelamatkananggota tim, seorang Support malah mati dan dituding melakukan feed.



5. Pahlawan Tak Dikenal

Lagu "Serba Salah" milik Raisa dikatakan cocok banget buat menggambarkan Hero Support. Sebab, dari setiap pertarungan, seorang Support punya nasib malang karena memilih untuk berkorban, sementara itu anggota tim menyalahkannya lantaran melakukan feed.

Seperti pahlawan tak dikenal, seorang Support sebenarnya menaruh momentum yang sangat besar di sepanjang permainan. Ketika permainan berakhir, pilihan MVP biasanya jatuh pada para pemain inti lantaran punya perolehan kill hingga Network yang lebih besar. 

Para pemain Support seolah enggak diperhitungkan dan dilihat kemampuannya saat permainan berakhir, padahal para pemain Carry mendapatkan banyak kill lantaran diasuh oleh  pemain Support di sepanjang permainan.