Hari ini, pada 2014, seorang pria bernama Thomas Eric Duncan --orang pertama yang didiagnosis dengan penyakit virus Ebola di AS-- meninggal dunia pada usia ke-42. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Presbyterian Kesehatan Texas di Dallas.
Dikutip dari History.com, semuanya berawal pada 15 September 2014, di mana Thomas membantu mengangkut seorang wanita hamil yang sakit kerumah sakit di Monrovia, Liberia. Tidak ada ruang untuk wanita di rumah sakit itu, jadi dia dibawa kembali ke kediaman tempat tinggal di tinggal dan meninggalkan tidak lama kemudian karena Ebola.
Setelahnya, pada 19 September 2014, Thomas sakit dan kondisinya memburuk. Untuk penyembuhannya, ia berangkat ke TExas pada kesseokan harinya dan langsung dilarikan ke ruang gawat darurat Rumah Sakit Presbyterian Kesehatan Texas dengna keluhan sakit perut dan pusing.
Thomas sebenarnya sempat memberitahu seorang perawat bahwa ia baru saja dari Afrika, namun sepertinya, informasi yang diberikan tidak dikomunikasikan secara efektif.
Pada 28 September, kondisi Thomas semakin memburuk, dan ia kembali ke rumah sakit. Dua hari kemudian, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengumumkan Thomas merupakan orang Amerika pertama yang didiagnosis dengan virus Ebola. Informasi ini memicu kecemasan dan ketakutan masyarakat Amerika tentang penyebaran Ebola di AS.
Pihak Otoritas Kesehatan di AS segera melakukan pelacakan kondisi medis pada orang-orang yang berhubug dengan Thomas saat ia sakit, dan karena ini empat orang anggota keluarganya di tempatkan di bawah karantina selama tiga minggu.
Dua Perawat yang Merawat Thomas Ikut Terjangkit Ebola
Thomas meninggal pada 8 Oktober dan tiga hari kemudian seorang perawat yang merawatnya di Rumah Sakit Presbyterian Texas Kesehatan dinyatakan positif terkena Ebola. Empat hari kemudian, seorang perawat kedua di rumah sakit dipastikan mengidap penyakit tersebut. Kedua wanita ditempatkan di unit isolasi di pusat-pusat medis yang terpisah, dirawat dengan obat-obatan eksperimental dan dinyatakan bebas Ebola akhir bulan itu.
Sebagai hasil dari peristiwa di Dallas, pejabat federal melembagakan prosedur penyaringan di tingkatkan di sekkolompok bandara AS yang menangani wirasatawan yang datang ke negara dari tempat-tempat yang rawan wabah Ebola. Pejabat juga mengeluarkan pedoman baru untuk alat pelindung yang dikenakan oleh petugas kesehatan yang merawat pasien yang terinfeksi virus tersebut.
Sejarah lain mencatat, sebuah api muncul dari gudang milik Patrick dan Catherine O'Leary di Chicago pada 8 Oktober 1871 dan menyebabkan kebakaran yang berlansung selama dua hari.
Peristiwa itu menewaskan sekitar 200 hingga 300 orang, menghancurkan 17.450 bangunan, menyebabkan 100.000 jiwa kehilangan tempat tinggal, dan diperkirakan menimbulkan kerugian hingga Rp 39 triliun.
Dan yang lainnya, salah satu bencana terbesar terjadi di belahan Asia Selatan pada 12 tahun silam, tepatnya 8 Oktober 2005. Saat itu gempat berkekuatan 7,6 skala Richter (SR) mengguncang 3 negara, yakni Pakistan, India dan Afghanistan.
Lantaran berpusat di daratan Khasmir, 80 km sebelah timur laut dari Islamabad, gempa bumi tersebut memakan begitu banyak korban.