Burung Phoenix Merah Langka Terlihat Menikmati Salju di China

Burung phoenix merah asal China.

Di China, ada seekor [burung ](4097648 "" )dengan warna kemilau merah dan bulu ekor yang panjang. Ia dikenal sebagai fire phoenix atau golden pheasant atau ayam pegar emas (Chrysolophus pictus) yang sulit ditemukan.

Warnanya yang glamor membuat burung ini dijuluki sebagai phoenix merah, salah satu dari empat binatang sakral dari China.

Meski punya warna dan reputasi cemerlang, burung ini ternyata pemalu dan sulit ditemukan di luar kebun binatang. Barulah pada awal Desember ini ada yang berhasil merekam kegiatan si phoenix merah di alam liar.

Dilansir  Iknstone, dua pejantan burung phoenix merah terlihat menluangkan waktu mereka menikmati hujan salju di Provinsi Henan, China. Sama seperti burung merak, warna cerah dsi burung ini justru hanya dimiliki si jantan.

Burung ini sebetulnya terbang, tetapi kurang piawai melakukannya. Mereka pun lebih nyaman berada di daratan.



Burung ini asli berasal dari China, meski sudah dibiakkan diluar negeri, seperti Inggris. Di Indonesia pun keindahan burung ini sudah dikenal kalangan penggemar unggas di Indonesia.

Situs Beauty of Birds mencatat rata-rata burung phoenix merah ini berukuran hingga 100 cm dan bisa hidup sampai usia enam tahun, namun jika dipelihara dengan baik bisa mencapai 20 tahun.

Burung Phoenix merah di kebun binatang juga kebanyakan sudah dikawinkan dengan burung pegar Lady Amherst sehingga menghasilkan mutasi warna baru. Dan amat sulit mencari burung pegar emas yang warnanya masih natural.



Pemerintah China sudah resmi melindungi burung ini masuk kategori Kelas II spesies yang dilindungi. Beberapa fauna China lain yang masuk kategori ini adalah panda merah dan pangolin China.


Menyongsong Pagi Berkawan Celoteh Burung di Hutan Harapan

Salah satu jenis burung yang terdapat di Hutan Harapan. (Liputan6.com/Dok. Hutan Harapan/Gresi Plasmanto)

Sementara itu di Indonesia, Hutan Harapan menjadi hutan daratan rendah yang tersisa di bagian selatan dan tengah Pulau Sumatera. Terkepung ancaman yang begitu massif, ternyata Hutan Harapan masih menyimpan beragam potensi ekowisata yang perlu dilestarikan.

Ditetapkan pada 2008, Hutan Harapan adalah kawasan restorasi ekosistem pertama di Indonesia. Hutan ini, dikelola PT Restorasi Ekosistem Indonesia (Reki) yang memiliki luas 98.555 hektare.

Tak hanya untuk penelitian, Hutan Harapan juga menawarkan ekowisata pengamatan burung atau birdwatching. Birdwatching menjadi ekowisata andalan yang ditawarkan di Hutan Harapan.

Kegiatan pengamatan burung itu dilakukan di alam bebas, bisa melalui alat bantu teropong atau hanya mendengarkan riuh celoteh burung endemik hutan dataran Sumatra.

"Ekowisata birdwatching ini sebagian besar untuk peneliti. Ekowisata di Hutan Harapan ini lebih ke peminat khusus wisatawan, jadi bukan seperti tempat wisata yang terbuka untuk umum,'' kata Plt Manajer Bisnis Hutan Harapan, Zelvin Naoval Hidayat .

Ekowisata ini dapat dilakukan sepanjang tahun. Bagi wisatawan yang berminat, ada waktu terbaik untuk mengamati burung, yakni pagi hari saat fajar menyongsong.

Ekowisata birdwatching butuh kesabaran ekstra demi dapat mengamati aktivitas burung yang terbang dan hinggap di pepohoman. Sehingga, sebagian besar pengunjung yang datang adalah hanya wisatawan yang memiliki minat khusus.

"Tapi tidak juga untuk ekowisata komersil. Mekanismenya sama minat khusus atau komersil kalau yang berminat bisa hubungi manajemen Hutan Harapan,'' ucapannya.


307 Jenis Burung di Hutan Harapan

Sejumlah wisatawan sedang mengamati burung di Hutan Harapan, Jambi. (Liputan6.com/Dok. Hutan Harapan/Gresi Plasmanto)

Selain itu, wisatawan juga bisa menikmati suasana jelajah dan menyusuri hutan tropis menuju spot pengamatan burung yang berada di tengah hutan. Untuk pengamatan burung, wisatawan harus membawa peralatan seperti teropong, buku panduan, kamera dan peralatan camping untuk bermalam di hutan.

Manajemen Hutan Harapan mencatat, di kawasan seluas 98.555 hektare yang membentang di satu lanskap antara Jambi hingga Sumatera Selatan, terdapat 307 jenis burung, baik yang statusnya langka atau yang masih aman. Namun tak semua burung mudah ditemukan.

Dari ratusan jenis burung yang terdapat di Hutan itu ada beragam burung ekosotik seperti Raja udang atau Cucak kuning. Ditemukan pula berjenis-jenis elang. Dari semua itu, yang menjadi maskot Hutan Harapan adalah Rangkong Julang Emas (Rhyticeros undulatus).

Rangkong Julang Emas berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Nature) masuk kategori jenis  satwa berisiko rendah seiring berkurangnya luasan hutan yang menjadi populasi burung eksotis tersebut.

Selain menjadi habitat sebanyak 307 jenis burung, ada pula 64 jenis mamalia, 123 jenis ikan, 55 jenis amfibi, 71 jenis reptil dan 917 jenis pepohoman.

Kemudian masih ditemukan spesies payung (Umbrella Species) yaitu Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), Tapir (Tepirus indicus_ dan Beruang madu (Helarctos malayanus).

Di balik beragamnya jenis burung langka itu, ternyata kawasan Hutan Harapan termasuk salah satu wilayah hutan tropis Sumatera yang paling terancam di dunia. Ancaman nyata saat ini yang dihadapi Hutan Harapan adalah pembangunan jalan tambang yang akan menembus kawasan tersebut.

Kini, hutan ini sangat butuh dorongan penyelamatan. Di kawasan Hutan Harapan itu ada nilai konservasi dan keanekaragaman hayati yang tinggi yang perlu dilindungi.

Koalisi Anti-perusahaan membuka petisi ''Menolak jalan tambang di hutan dataran rendah yang tersisa di Sumsel dan Jambi'' lewat laman change.org.