Peringkat Seri Final Fantasy Terburuk Menurut Metacritic

Peringkat Seri Final Fantasy Terburuk Menurut Metacritic

Harus diakui, Final Fantasy merupakan franchise game tersukses saat ini. Square Enix sebagai developer telah berhasil meelurkan mahakarya fantastis yang meninggalkan kesan mendalam bagi para penggemarnya, seperti FF VII Remake yang baru aja rilis. Makanya, enggak heran jika waralaba ini dianggap sebagai salah satu yang terbaik sepanjang masa.

Namun, enggak semua yang dikerjakan Square Enix selalu berhasil. Di balik kesuksesan waralaba ini, terdapat beberapa judul yang gagal memenuhi ekspektasi penggemar. Bahkan, beberapa di antaranya dianggap jauh dari standar tinggi yang selalu  lekat dengan Final Fantasy.

Nah, berikut ini adalah daftar seri Final Fantasy (seri utama maupun spin-off) terburuk berdasarkan situs rating Metacritic. Perlu dicatat, semua yang ada di sini merupakan opini. Jadi, mungkin ada dari kalian yang justru menggemari game-game yang disebut di bawah ini. Cek aja langsung pembahasannya dan cari tahu apakah seri FF favorit kalian ada di dalam daftar atau tidak!

5. Dissidia NT (2015)

Pernah ngebayangin karkater-karakter dari semesta Final Fantasy saling adu jotos dan unjuk skill alam satu game? Seri Dissidia Final Fantasy bisa menjadi jawaban atas impian tersebut. Sayangnya, sekuelnya yang berjudul Dissidia NT gagal memenuhi ekspektasi penggemar.

Dissidia NT dirilis ekslusif untuk PSP dan mesin arcade di negara asalnya, Jepang. Saat perilisannya, ekspektasi begitu tinggi karena game ini digarap bersama oleh Square Enix dan developer dari ga fighting legendaris, Dead or Alive.

Sayang, harapan tersebut tidak terwujud melihat respons yang pada umumya negatif terhadap game ini. Dissidia NT dianggap terlalu mementingkan elemen kompetitifnya sehingga dirasa merupakan mode Story yang memang jadi daya tarik seri Final Fantasy sejak lama.

4. Lightning Returns: Final Fantasy XIII (2013)

Sebagai catatan, Lightning Returns: Final Fantasy XIII merupakan episode penutup dari trilogi FF XIII yang dianggap kurang memuaskan. Di saat penggemar berharap game ini jadi penutup yang klimaks, hasil yang didapat justru sebaliknya.

Meski mendapat respons positif dari beberapa kritikus game seperti Famitsu dan Eurogamer, Lightning Returns: Final Fantasy XIII dianggap gagal memenuhi ekspektasi penggemar dan standar tinggi FF. Dari segi cerita, Square Enix dan tri-Ace selaku developer dianggap terlalu bertele-tele sehingga kisahnya secara keseluruhan tidak mampu meninggalkan kesan bagi pemainnya.

Dari segi gameplay, hadirnya sistem time limit menjadi salah satu hal yang bikin banyak penggemar FF merasa keheranan. Pasalya, sistem ini dianggap "kelar jalur" dari esensi RPG sebagai game yang harus dinikmati tanpa ada batasan waktu. Meski begitu, kehadiran Lightning sebagai karakter utama mendapat respons positif sehingga membuatnya dianggap sebagai salah satu protagonis FF paling ikonis.

3. Final Fantasy II PSP (2007)

Aslinya, Final Fantasy II adalah game yang diriilis untuk konsol Famicom, lalu di-remake ke Playstation dalam bentuk bundel bersama Final Fantasy I. Namun, Square Enix melakukan langkah yang saat ini bisa dikatakan kurang bijak dengan merilis Final Fantasy II sebagai stand-alone untuk PSP.

Sebagai remake, game ini memang medapat perbaikan dari segi visual, dialog, dan cutscene. Namun, gameplay-nya dianggap sudah terlalu ketinggalan zaman saat dirilis untuk platform PSP. Salah satu sistem yang dikritik adalah leveling ala Romancing SaGa. Sistem ini menekankan peningkatan statistik karakter yang bergantung pada hasil pertarungan.

2. Dirge Of Cerberus: Final Fantasy VII (2006)

Bagi penggemar Final Fantasy. FFVII merupakan salah satu entri terbaik, atau setidaknya yang paling membekas. Selain gameplay dan ceritanya yang menyentuh, FFVII dikenal dengan segudang karakter ikonis yang benar-benar "nempel" dengan penggemar seperti Cloud, Tifa, dan Aerith. Bahkan, Vincent Valentine sebagai tokoh dari kisah sampingannya pun juga mendapat perhatian yang sama.

Sayangnya, upaya Square Enix untuk mengembangkan karakter Vincent Valentine di Dirge of Cerberus: Final Fantasy VII bisa dibilang mengecewakan. Meski punya cerita yang menarik dengan kameo karkater-karakter FFVII, ARPG yang dirilis untuk PS2 dianggap terlalu biasa untuk standar Final Fantasy. Gameplay-nya dirasa membosankan dan mirip dengan ARPG lain seperti Devil May Cry.

1. Final Fantasy XIV (2010)

Final Fantasy XIV merupakan MMORPG kedua di waralaba FF setelah FFXI. Sebagai MMO, FFXIV dianggap sangat berantakan dari segi gameplay meski grafisnya terbilang bagus pada zamannya. Saat perilisannya, server-nya selalu mengalami down dan ditemukan banyak bug. Hal ini pun membuat penggemar merasa FFXIV adalah game yang dipaksa rilis meski sebenarnya belum selesai.

Makanya ''Kekacauan" Merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan sebegitu buruknya gme ini. Saking jeleknya, mungkin kalian baru tahu setelah baca artikel ini kalau Final Fantasy XIV punya dua versi. Rilisan 2010 yang dibahas inilah yang dianggap sebagai seri FF terburuk sepanjang masa.

Bahkan, Square Enix pun sampai ingin melupakannya hingga membuat mereka benar-benar trauma. Penggemar pun sampai menganggap game ini bakal jadi akhir perjalanan Square Enix menggarap game FF.

Untungnya, hal tersebut tidak benar-benar terjadi. Square Enix yang mareasa bersalah, lalu merilis versi 2.0 dari gmae ini pada 2012. Kali ini, FFXIV dianggap sudah diperaiki secara keseluruhan sehingga penggemar merasa puas. Square Enix pun kembali percara diri hingga pada akhirnya merilis FFXV dan FFVII Remake yang diakui sebagia salah satu mahakarya terbaik perusahaan game asal Jepang tersebut.