Alasan Kenapa Bencana Zombie di The Last of Us Masuk Akal

Alasan Kenapa Bencana Zombie di The Last of Us Masuk Akal

Bagi para penggemarnya, game The Last of Us menghadirkan cerita yang sangat menyentuh. Berlatar bencana post-apocalyptic setelah bencana zombie menyerang, kita diharuskan bertahan dari serbuan mayat hidup serta orang-orang jahat yang sangat bengis.

Seakan ingin membangkitkan kengerian di masa pandemi, kehadiran The Last of Us Part 2 mempertanyakan, apakah kita siap menghadapi bencana zombie seperti ini? Pasalnya, jika dipikir-pikir bencana zombie di game ini sangat dekat dengan kenyataan, loh.

Penasaran kenapa encana zombie ini bisa terjadi di masa depan? Simak ulasannya berikut ini!

Cordyceps, Jamur Parasit yang Menginvasi Saraf

Dalam seri The Last of Us, diceritakan bahwa penyebab manusia bisa bermutasi menjadi mayat hidup disebabkan oleh jamur bernama Cordyceps. Ternyata, jamur ini ada di dunia nyata. Di alam liar, Cordyceps menginvasi serangga seperti ngengat, kupu-kupu, dan semut.

Codyceps membuat inangnya kehilangan kendali saraf. Jamur ini pun disebut sebagai jamur zombie lantaran membuat serangga kehilangan kendali atas kesadarannya. Semut yang terkena jamur ini akan terpisah dari kerumunannya hingga menunggu waktu untuk mati dan menjadi makanan bagi jamur ini.

Bisa Menular dari Spora

Karena disebabkan oleh jamur, penyakit infeksi di game ini juga bakal disebar lewat spora. Alhasil, di dalam game kita juga mendapati bahwa wilayah berbahaya biasanya membuat para karakter harus mengunakan masker gas.

Di habitatnya, jamur ini memang mengincar serangga agar bisa mekar dan menyebar spora. Uniknya, di dalam game juga kita bisa melihat bahwa Cordyceps yang mengincar manusia untuk bisa bermutasi. Di tempat-tempat lembab, jamur ini bisa berkembang dengan ukuran besar dan kita juga bisa melihatnya di dalam game.

Infeksi Jamur yang Berevolusi

Di dalam game, kehadiran berbagai musuh mulai dari zombie biasa hingga Bloater yang tampak mengerikan sebenarnya sangat masuk akal. Pasalnya, infeksi Cordyceps diceritakan punya banyak tahap. Sebelum jamur tumbuh di sekitar tubuh, lebih dulu sistem saraf dan kesadaran hilang dari tubuh sang inang.

Enggak hanya menawarkan variasi musuh, kehadiran jamur yang berevolusi dari tiap waktu ini membuat The Last of Us memang sangat realistis mencari kejadian di dalam gamenya. Dalam kurun waktu tahunan, terlihat jika kota-kota besar yang terinfeksi akhirnya ditutupi selubung jamur yang berbahaya sehingga militer saat itu memutuskan untuk menyerang kota-kota besar ini dengan serangan udara.

Vaksin Infeksi Cordyceps Sulit Dibuat

Di dalam game, kita melihat bahwa satu-satunya orang yang imun terhadap serangan Cordyceps adalah Ellie. Sebagai karakter utama, Ellie pun diceritakan harus berkorban jika ingin menjadi penyelamat bagi umat manusia. Pasalnya, di alam liar, infeksi Cordyceps sangat sulit dicegah dan hampir enggak ada solusi mencari imunitas.

Jaringan otak serta organtubuh milik Ellie bisa menjadi obat jika diambil. Sebagai sosok ayah bagi sang karakter, kita pun melihat sisi emosional Joel untuk akhirnya menyelamatkan Ellie karena dirinya enggak mau kehilangan sosok yang jadi anak perempuan baginya ini.

Bukan Jamur atau Zombi, Manusia Lah yang Lebih Berbahaya

Salah satu elemen realistis di game ini adalah penceritaan bahwa manusia normal juga bisa lebih berbahaya. Di tatanan sosial yang semakin hancur, banyak survivor yang justru tampil lebih bengis. Mulai dari aksi kanibalisme hingga tipu daya menjadi elemen narasi yang menarik di dalam game.

Padahal, jika dipikir secara logis (sekaligus idealis), infeksi ini bisa saja cepat diatasi jika manusia saling bekerja sama satu sama lain. Namun, hal yang terjadi justru sebaliknya.

Tidak semua game zombie lainnya, The Last of Us masih menceritakan bahwa umat manusia berjuang untuk hidup di masa bencana yang berkepanjangan. Hadirnya kota-kota besar dan reruntuhan yang menjadi quarantine zone pun makin membuat realisme dalam The Last of Us semakin berkesan.