Memasuki akhir tahun 2018 kemarin, banyak peristiwa penting terjadi di mka Bumi. Bencana alam, fenomena aneh, hingga informasi bar yang menarik yang masih perlu dikulik oleh par ilmuwan.
Namun, para peneliti memperkirakan bahwa tahun ini akan ada banyak "kejutan"dari Bumi Pertiwi yang terjadi diseluruh dunia, bagaimana cara untuk mengetahuinya?
Melansir Live Science, Kamis (3/1/2019), berikut enam ekspedisi, misi dan pertemuan geofisika yang disinyalir dapat menguak rahasia terbesarBumi pada tahun 2019.
1. Memeriksa Gletser Thwaites untuk Mencari Celah
Musim panas mendatang, sebuah ekspedisi besar akan dilakuan di Thwaites Glaicer yang berada di Antartika Barat. Ini merupakan bagian dari penelitian kolaborasi senilai US$ 25 juta, yang disetujui antara Natioal Science Foundation (NSF) milik Amerika Serikat dan Natural Enviroment Reseasrch Council (NERC) milik Inggris.
Lebih dari 100 ilmuwan dari seluruh dunia akan mempelajari gletser raksasa tersebut. Jika gletser mulai runtuh, massa es ini bisa meluncur ke laut, mencair disana, dan berkontribusi pada kenaikan permukaan laut.
"Satelit menunjukkan wilayah Thwaites berubah dengan cepat,"kata William Easterling, asisten direktur NSF untuk Geosciences, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Untuk menjawab pertanyaan utamas tentang seberapa banyak dan seberapa cepat permukaan laut akan berubah', para ilmuwan di lapangan butuh peralatan canggih yang mampu mengumpulkan data yang kami butuhkan untuk mengukut tingkat volume es atau perubahan massa es,"pungkasnya.
2. Pengeboran yang Menyebabkan Munculnya Gempa Bumi
Dilepas pantai barat daya Jepang, jauh dibawah Samudra Pasifik, terdapat Nankai Trough -- zona subduksi aktif dimana satu lempeng kerak Bumi longsir di bawah lempeng yang lain. Ini adalah salah satu tempat yang paling aktif secara seismik di Bumi.
Nankai Trough merupakan penyebab gempa Tonankai bermagnitudo 8,1 --lindu besar yang menguncang Jepang pada tahun 1944.
Tahun ini, Nankai Trough Seismogenic Zone Experiment (NanTroSEIZE) mulai menggali perahanan itu. Riset ini adalah ekspedisi pertama yang dilakukan dengan mengebor, mengambil sampel dan instrumen penyebab gempa, atau bagian seismogenik dari kerak Bumi, di mana gempa berskala esar telah terjadi berulang kali sepanjang sejarah.
"Bantuan yang dikumpulkan akan dianalisis untuk melihat seberapa licin atau kokoh zona tersebut. Dengan demikianm para peneliti akan bisa memahami lebih lanjut tentang kondisi yang mungkin mengarah pada gempa bumi di patahan ini,"tulis anggota tim John Bedford dari University of Liverpool.
3. Mengukur Hutan dan Pepohonan
Pada 8 Desember 2018, NASA meluncurkan eksperimen Global Ecosystem Dynamics Investigation Lidar (GEDI) ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Wahana ini akan dipasang diluar ISS, sehingga dapat melihat Bumi dengan leluasa dan menghasilkan pengamatan tiga dimesi (3D) yang sangat rinci dari hutan beriklim tropis Bumi.
GEDI akan menjawab beberapa pertanyaan mendasar, termasuk berapa banyak karbon yang tersimpan di pohon dan bagaimana deforestasi dapat mempengaruhi perubahan iklim tropis Bumi.
Nantinya, GEDI diharapkan bisa membantu parapeneliti memodelkan bagaimana siklus nutrisi di alam raya bergerak melalui ekosistem hutan. Selain itu, GEDI juga diharapkan bisa memprediksi cuaca secara akurat.
4. Menjelajahi Danau Antartika yang Terkubur
Para ilmuwan di Antartika sedang menggali danau subglacial yang terkubur 4.000 kaki (1.200 meter) dibawah Lapisan Es Antartika Baratt. Dikenal sebagai Danau Mercer, air yang berada di dalamnya benar-benar terputus dari ekosistem dunia luar.
Para peneliti sangat ingin menjelajahi sistem tersebut dan mempelajari lebih lanjut tentang organisme yang hidup disana. Begitu bor mencapai badan air, peralatan canggih akan diturunkan ke dalam lubang itu untuk mengumpulkan sampel, membaca situasi, dan memotret dunia sub-glasial yang belum pernah
5. Mempelajari Sejarah Terumbu Karang
Terumbu karang adalah habitat bawah laut yang indah, namun terancam punah. Polusi dan pengasaman laut --yang disebabkan ketika lautan menyerap karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil-- mengancam terumbu karang diseluruh dunia.
Dimulai pada bulan September 2019, tim peneliti akanmenelusuri hingga 1 1lokasi bawah laut di sekitar Hawaii. Mereka akan mengambil sampel dari sistem terumbu karang fosil.
Terumbu karang itu, yang diduga berusia 500.000 tahun, akan membantu menjawab pertanyaan kritis tentang jumlah karbon dioksida di atmosfer dan suhu Bumi selama periode ini, dan bagaimana terumbu karang beraksi dan pulih dari perubahan skala besar.
Ekspedisi tersebut, yang dinamakan ekspedisi Hawaiian Drowned Reefs, dijalankan oleh uropean Cossortium for Ocean Research Drilling (ECORD), sebuah badan internasional yang melakukan misi pengeboran ilmiah.
6. Menjelajahi Biosfer yang Dalam
Selama 10 tahun terakhir, para ilmuwan bersama Deep Carbon Observatory telah menggali ke dalam Bumi untuk mempelajari lebih lanjut tentang apayang terkubur dibawah kaki kita.
Pada bulan Desember 2018, mereka mengumumkan temuan baru tentang "biosfer yang dalam sebuah reservoir (danau atau waduk yang digunakan untuk menyimpan air) bawah tanah dari organisme asing yang dapat mengerdilkan jumlah kehidupan di permukaan planet kita.
Oktober 2019, pada konferensi internasional di Washington, D.C., Deep Carbon Observatory akan menyoroti penilitian tersebut dan menantikan ekspedisi menarik lainnya 10 tahuun lagi.
Pada pertemuan tersebut, para ilmuwan akan menyajikan informasi tentang sifat dan tingkat karbon dalam inti Bumi, sifat seluruh siklus karbon Bumi dan bagaimana perubahannya dalam sejarah Bumi, serta mekanisme yang mengatur evolusi mikroba di "bisfer yang dalam.