Prosesi pemakaman agung digelar untuk Raja Inggris Richard III. Tak kurang dari 35 ribu orang mengantarnya ke peristirahatan terakhir di Katedral Leiester pada 26 Maret 2015.
Jasadnya kemudian dibaringkan dalam ruang makam. Pusasra mewah, dari batu fosil Swaledale seberat 2,3 ton yang bertumpu pada alas dar marmer hitam asal Kilkenny, jadi penanda. Ada tulisan nama, simbol kerajaan, serta semboyan miliknya. "Loyaulte me lie"-- kesetiaan mengikatku.
Ratu Inggris Elizabeth, yang diwakili countess of Wessex, mengirim pesan khusus. Ia menyebut, upacara pemakaman itu sebagai peristiwa yang penting bagi Inggris, juga dunia.
"Hari ini kita memberikan penghormatan pada seorang Raja yang hidup melalui masa yang bergejolak.....,"demikian pesan Ratu Elizabeth, seperti dikutip dari CNN.
Simbol perkabungan terpampang, peti jenazah serta pelayat berpakaian hitam, namun itu bukan momentum duka. Meski, sejumlah orang terpergok dengan mata basah.
"Ini bukan pemakaman di mana kita berduka," kata Profesor Gordon Campbell dari University of Leicester, yang menyambut para, pelayat di pintu katerdal.
Richard III meninggal dunia 530 tahun lalu. "Richard meninggal dunia lebih dari 500 tahun lalu, jadi saya tidak mengira akan ada rasa duka. Saya justru berharap ini akan jadi momentum kegembiraaan, kita telah melakukan hal yang seharusnya dan telah berdamai dengan masa lalu,'' kata Philippa Langley, pemimpin program 'Looking for Richard' yang bertujuan menemukan keberadaan jasad sang raja.
Pemakaman agung itu dilakukan demi memulihkan martabat sang raja.
Richard tewas dalam Pertempuran Bosworth pada 1485. Kala itu, jasadnya dibawa di atas kuda kembali ke Leicester. Kononn, dalam perjalanan, kepalanya sempat membentur jambatan Bow Bridge.
Jenazahnya sempat dipajang tiga hari, untuk membuktikan kepada kawan maupun lawan bahwa nyawanya sudah tamat. Setelah itu, jasadnya dikebumikan di dalam lubang yang digali diserampangan di lokasi yang disebut Church of Grey Friars. Tanpa peti mati.
Saat gereja itu hancur, makam Richard III terlupakan. Hingga akhirnya, lebih dari 500 tahun kemudian, pada 2012 lalu, kerangkanya ditemukan di lapangan parkir dewan kota di Leicester, Inggris, titik dimana gereja dulu berdiri. Lokasinya tak jauh dari katedral dimana ia dimakamkan.
Akhir yang Tragis.
Kerangka yang ditemukan dilapangan parkir dewan kota Leicester, Inggris menguak nasib Raja Richard III dari Inggris. Termasuk detik-detik terakhirnya yang brutal, mengerikan, tapi berlangsung dengan cepat di tengah pertempuran.
Raja terakhir Dinasti Plantagenet tewas di tengah pertempuran Bosworth pada 22 Agustus 1485, hanya 2 tahun setelah naik takhta.
Pertempuran itu dianggap titip penentu dari Perang Mawar (War of the Roses) yang berkepankangan dan kadang dianggap sebagai akhir dari Abad Pertengahan di Inggris. Konflik berakhir dengan pengankatan Henry Tudor sebagai raja Inggris yang baru.
Pemeriksaan postmortem belakangan mengungkapkan hampir selusin luka di jasad Richard III.
Analisis awal kerangka Richard III menyoroti scoliosis (bentuk tulang belakang yang tidak normal) juga luka-luka yang ia alami dalam pertempuran -- termasuk 8 diantaranya di tengkorak.
Sementara, hasil pemeriksaan postmortem yang dijelaskan pada 16 September 2014 di jurnal medis The Lancet, para ilmuwan memeriksa secara seksama 11 cedera pada tulang Richard yang terjadi di sekitar saat kematiannya, termasuk 9 cedera pada tengkorak.
Richard III hampir dipastikan tewas akibat serangan lebih dari 1 orang. Lebih dari satu senjata. Pisau atau belati kemungkinan meninggalkan luka sepangjang 10 milimeter di rahang kanan bawahnya. Cedera yang berbentuk lubang kunci mengarah keatas kepalanya hampir pasti disebabkan oleh belati rondel, pisau mirip jarum yang digunakan di akhir Abad Pertengahan. Luka yang diakibatkan itu bisa menyebabkan luka luar dan dalam, namun tak berakibat fatal.
Kematian diduga datang melalui tusukan pedang, senjata bill, atau tombak yang kerap digunaan dalam pertempuran. Di dasar tengkorak Richard III, para peneliti menemukan 2 luka -- salah satunya sepanjang 55-60 mm, lainnya 17-32mm.
Seperti dikisahkan, kuda Richard III terperosok dalam lumpur, ang memaksanya turun. Dia mencopot helm, atau mungkin kehilangan pelindung kepalanya itu, membuat kepala dan wajahnya rentan.
"Dia dikelilingi, mungkin oleh sejumlah orang dengan senjata abad pertengahan," ungkap peneliti dalam studi, Sarah Hainsworth, dosen material dan teknik forensik University of Leicester.
"Richard III adalah seorang pejuang, ksatria, seorang yang terlatih, ia pernah melihat orang tewas di medan perang, jadi ia paham betul soal itu.'''
Setelah kematiannya, baju zirah dan senjata dilucuti dari jasad Richard yang diletakkan di atas kuda untuk dibawa ke Leicester. Dipamerkan pada publik. Hainsworth mengatakan, luka dari belakang tubuhnya, termasuk di pantat kemungkinan besar dibuat sebagai penghinaan terakhir bagi raja yang kalah.
"Kematian Raja Richard III mungkin terjadi relatif cepat,'' kata Hainsworth. "Tapi sangat mengerikan."