Hari ini, 104 tahun yang lalu, sejarah merekam peristiwa penggunaan senjata kimia berbahan dasar klorin pada sebuah konflik bersenjata.
Penggunaan senjata kimia berbahaya itu diaplikasikan pada Perang Dunia I, di medan peperangan Eropa.
Adalah Jerman yang pertama kali menggunakan klorin, menargetkannya kepada pasukan sekuti yang terdiri dari Prancis dan Aljazair pada sebuah perang parit di kota Ypres, Provinsi Flemish Belgia --atau lebih dikenal dengan nama Pertempuran Ypres Kedua.
Pertempuran Ypres diinisiasi pertama kali oleh pijak Jerman dan menandai operasi militer ofensif pertama mereka pada Perang Dunia I pada tahun itu.. Pada peperangan tersebut pihak Jerman menggunakan sebuah hulu ledak yang berisi gas klorin dan ditembakkan melalui alat artileri. Bom gas klorin itu ditembakkan dari gas parit pertahanan Jerman ke garis parit pasukan sekutu Prancis dan Aljazair.
Pihak sekutu yang telah mengantisipasi, menunggu sejauh 6,4 km di belakang titik ledakan artileri. Antisipasi ini dilakukan oleh pihak sekutu karena pengalaman mereka yang terus menjadi sasaran serangan artileri Jerman.
Namun, pada 22 April 1915, pasukan sekuti tidak menyangka bahwa serangan artileri kali itu lain dari pada yang biasanya, demikian seperti dikutip dari History.com.
Setelah jatuh dari udara dan meledak di tanah, hulu ledak yang ditembakkan pihak Jerman mengeluarkan gas beraroma ''lada dan nanas''. Dengan adanya angin yang bertium kencang, gas beracun itu bergerak cepat menyekap pasukan Prancis dan Aljazair.
Serangan berdampak hebat, bukan hanya bagi pasukan sekutu, namun juga bagi para pasukan Jerman yang menggebu-gebu maju menyerang garis pertahanan pasukan musuh.
Dilaporkan banyak korban berjatuhan dari kedua pihak dalam Perang Dunia I sebagai dampak gas beracun tersebut.
Marak Diadopsi
Penggunaan gas klorin oleh Jerman apda perang 22 April 1915 memicu Prancis dan Inggris untuk mengadopsi senjata kimia gas klorin.
Hal itu disebabkan karena tingginya intensitas penggunaan gas kimia serupa oleh Jerman pada sejumlah titik pertempuran.
Sejak itu, tak hanya membuat senjata kimia dengan versi yang lebih efektif, pihak sekutu dan pihak blok pusat juga turut mengembangkan teknologi yang dapat mengatasi serangan senjata kimia untuk pertama kalinya di dnuia, salahsatunya adalah masker gas untuk peperangan.
Meski zat kimia beracun telah beberapa kali digunakan pada peperangan jauh sebelum Pertempuran Ypress Kedua dan Perang Dunia I, namun aplikasinya pada konflik bersenjata 22 April 1915 itu menjadi marka sejarah penggunaan perdana senjata terkutuk pada perang terbuka pada era modern.
Pada hari dan tanggal yang sama, empat puluh tujuh tahun lalu, juga ditandai sebagai perayaan Hari Bumi untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Hari Bumi merupakan sebuah perayaan tahunan untuk meningkaatkan kesadaran publik terhadap permasalahan lingkungan yang pertama kali dilaksanakan pada 22 April 1970 di Amerika Serikat.
Perayaan ini ditandai dengan aksi damai, parade, seminar, dan sejumlah program edukatif lainnya.
"Tujuan diselenggarakannya Hari Bumi adalah untuk menyadarkan seluruh bangsa mengenai pentingnya permasalahan lingkungan sebagai sebuah isu besar yang jika diabaikan akan mempengaruhi keberlangsungan hidup dunia,'' kata Senator Gaylord Nelson dari Wisconsin, penggagas Hari Bumi.
Selain itu, 22 April juga ditandai sebagai hari pengakuan kekalahan Pemimpin Nazi-Jerman Adolf Hitler pada Perang Dunia II. Setelah mengetahui dari para jenderalnya bahwa tentara Jerman berhasil dipukul mundur dari garis pertahanan terakhir di Eberswalde, Jerman, Sang Tiran mengaku kalah dari Perang Dunia II.
Pada tanggal ini juga, pemimpin tertinggi Partai Nazi itu mulai mempertimbangkan untuk melakukan bunuh diri agar tidak ditangkap dan diadili oleh Uni Soviet yang telah masuk jauh dalam wilayah Jerman.