Setelah tiga hari kekerasan lintas-perbatasan antara Israel dan geriliawan di Jalur Gaza, jumlah korban tewas dilaporkan meningkat dari kedua sisi.
Bentrokan yang dimulai setidaknya pada Jumat 3 Mei 2019 itu telah menjadi salah satu yang paling hebat dalam beberapa tahun sejauh ini, dan telah menewaskan asedikitnya empat orang Israel adn 23 orang Palestina.
Korban tewas mencakup warga sipil --termasuk seorang ibu dan bayu Palestina.
Beberapa geriliyawan Gaza, termasuk yang diklaim Israel sebagai 'komandan tinggi' Hamas, Hamed Hamdan al-Khodari juga tewas akibat seranga udara yang terencana oleh Israeli Defence Force (IDF).
Sejumlah orang di kedua wilayah juga dikabarkan terluka.
Militer Israel mengklaim, hingga Sabtu 4 Mei, lebih dari 600 roket dari Gaza telah ditembakkan ke wilayah Israel. Sebagai balasan, Israel melakukan serangan udara terhadap 320 sasaran di Gaza pada hari yang sama.
Imbauan untuk Menahan Diri
Sebagian komunitas internasional, termasuk PBB, menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri.
Laporan pada Minggu malam 5 Mei 2019 mengindikasikan bahwa PBB, Qatar dan Mesir berusaha untuk menengahi gencatan senjata.
Namun sebelumnya, Perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia telah memerintahkan militer untuk "melanjutkan serangan besar-besaran pada elemen-elemen teror" di Gaza. Laporan media Israel menyebut bahwa pemerintah mengirim pasukan ke perbatasan Gaza - Israel.
Di sisi lain, kelompok gerilyawan Gaza juga telah menyerukan untuk meningkatkan intensitas serta jangkauan serangan ke wilayah Israel "hingga setidaknya 40 km dari perbatasan', The Times of Israel melaporkan.
Ketika bayang-bayang serangan masih menghantui, semua sekolah di Israel dalam jarak 40 km (25 mil) dari jalur Gaza telah ditutup beberapa tempat perlindungan telah dibuka untuk umum.