Nama Epic Games sebenarnya bukan pemain baru di industri game PC. Perusahaan besar asal Amerika ini sempat populer berkat game FPS miliknya, Unreal Turnament dan kian merebut perhatian dunia berkat Fortnite. Kini, mereka juga mendirikan pasar game digital, Epic Games Store yang berusaha untuk menyaingi Steam.
Banyak sekali masalah yang merundung perusahaan besar ini. Mulai dari keputusannya serta yang CEO yang sering bikin sensasi, Epic Games sering kali dituding jadi perusahaan yang penuh kontroversi. Pensaran kasus apa saja yang membuat citra perusahaan game ini memburuk? Yuk, simak penuturannya berikut ini!
1. Eksklusivitas Epic Games Store
Ketika pertama merlis Epic Games Store, mereka menjual embel-embel game ekslusif sebagai fitur dari pasar game digitalnya. Sayangnya, hal ini membuat banyak penggemar game meradang. Pasalnya, istilah ekslusif selama ini tidak pernah ada di game PC.
Selama ini, para publisher punya kebebasan entah untuk merilis game di Steam, GoG, atau membuat platform sendiri. Justru ketika Epic Games merilis platform ini, mereka membatasi banyak game yang seharusnya lebih mudah diakses di PC.
2. Bajak Game dari Publisher
hal yang membuat mereka cukup dibenci di awal perilisannya adalah pembajakan alias poaching kepada publisher. Sebut saja judul Metro Exodus atau Far Cry New Dawn yang sempat dibajak Epic Games Store, padahal sebelumnya telah membuka laman preorder di platform digital lain.
Sontak, Epic Games dituduh melakukan pembajakan dan membuat deal kepada penerbit. Padahal, sang pengembang ingin game miliknya bisa diakses oeh lebih banyak kalangan.
3. Fortnite Doyan Crunching dan Paksa Karyawannya Lembur
Pada April 2019 lalu, Polygon sempat melaporkan bahwa mayoritas desainer di Epic Games dituntut kerja 70 jam seminggu untuk menciptakan skin baru dari game miliknya, Fortnite. Mereka dituduh melakukan crunching alias memeras pekerjanya untuk membuat skin dan mendatangkan banyak uang.
Yap, di game Fortnite, kehadiran skin sangat sering dan setiap bulannya, selalu ada emoticon maupun seragam baru yang bisa dikoleksi. Sayangnya, hal ini justru berimbas kepada karyawan mereka sendiri yang dilaporkan sampai banyak yang jatuh sakit akibat terus-terusan lembur.
4. Sang CEO, Tim Sweeney Kelewat Hedon
Entah apa yang ada di benak Tim Sweeney ketika dia menyalahkan Google dan Apple dan menganggapnya sebagai perusahaan yang doyan monopoli ang. Padahal, dirinya juga sangat hedon ketika menghabiskan uang perusahaan.
Waktu sebelum sesukses sekarang. tim malah sering menghabiskan uang perusahaan untuk beli rumah mewah sampai mobil sport yang kelewat mahal. Padahal, upah pekerjanya di perusahaan masih terhitung pas-pasan.
5. Investasi Tencent, Epic Games Koleksi Data Pribadi?
Baru-baru ini, mengikuti penutupan akses beberapa perusahaan asal Tiongkok, Epic Games juga kena imbasnya. Pasalnya, perusahaan ini diketahui mendapat banyak kucuran dana dari Tencent. Malah, perusahaan tersebut punya 40% aset saham di Epic Games.
Masuknya Tencent sebagai pemegang saham tentu membuat Epic Games dicurigai memegang kendali atas data pribadi para penggunanya. Pasalnya, mereka sempat menyerang Steam dari file yang ada di dalam game Epic Games Store untuk ikut membaca data pribadi penggunanya.