5 Kontroversi yang Mencoreng Perkembangan Industri Mobile Game

5 Kontroversi yang Mencoreng Perkembangan Industri Mobile Game

Belakangan ini, tidak berlebihan rasanya jika bilang industri game mobile lebih maju ketimbang konsol. Pasalnya, di dunia game, ada banyak sekali judul baru yang bisa pemain jajal setiap harinya. Tapi, hal tersebut justru membuat platform ini juga dirundung masalah.

Ada banyak kontroversi yang mencuat dari para perusahaan game mobile, loh. Beberapa bisa merugikan para pemain sebagai konsumen dan juga menyeret para developer game yang bisa kerugian. Nah, penasaran ada kontroversi apa saja di industri mobile game? Yuk, simak ulasannya berikut ini!

1. Fenomena False Advertising Game Mobile

Iklan dari game Mobile Strike dengan wajah karakter yang mirip Arnold Schwarzeneger.
Belakangan ini, marak banget iklan game mobile yang mondar-mandir di sosial media dan internet. Sayangnya, banyak dari mereka justru menupu para pemain lantaran gameplay yang ditawarkan di iklan, berbeda jauh dengan apa yang mereka mainkan.

Biasanya, formula iklan game mobile menipu yang dikenalkan sebagai false advertising ini memadukan sensualitas atau glorifikasi grafis yang kelewat tinggi. Padahal, game yang mereka garap hanya membawa visual pas-pasan. Contohnya seperti Mobile Strike yang ada di gambar. Game ini bahkan membawa Arnold Schwazeneger sebagai salah satu karakter di dalamnya.

Namun, pada kenyataannya di dalam game tidak ada "kemewaahan" seperti yang tersaji di dalam iklan. Google pun berangsur menghapus iklan yang menipu gamer jika mereka beberkan tidak sesuai dengan kenyataan.

2. CEO Epic Games Versus Google PlayStore dan Apple
Tim Sweeney vokal mengkritik PlayStore dan AppStore di Twitter miliknya.
Tim Sweeney selaku CEO dari Epic Games tengah bersitegang dengan Google Playstore dan Apple Appstore. Pasalnya, dia menuding jika Google dan Apple mengambil keuntungansangat banyak sebesar 30% dari penjualan aplikasi atau aset di dalamnya. Itulah yang menjadi alasan Fortnite baru satu tahun merilis versi AppStore dan Playstore miliknya. 

Pada 2019, dilaporkan jika pendapatan Apple dari penjualan aplikasi mobile mencapai angka 14 miliar dolar Amerika sementara Google mendulang tiga kali lipat alias lebih dari 50 miliar dolar. Bagi para pengembang aplikasi, tentu hal ini memang cukup memberatkan.

3. Tencent Games Koleksi Data Pribadi Penggunanya?

Ada ratusan judul aplikasi dan game yang terikat dengan perusahaan ini.
Tencent Games adalah anak dari sebuah perusahaan besar asal Tiongkok yang mengelola jasa internet dan produk digital. Di dalam dunia game mobile, Tencent pun mendapat perhatian sebagai publisher game yang punya banyak koleksi game.

Ketika embargo dari Amerika mengemuka terhadap perusahaan digital asal Tiongkok, Huawei mengemuka, Tencent juga dituding punya banyak kasus koleksi data pribadi penggunanya. Khususnya untuk Apple dan iOS, game yang pemain install biasanya meminta akses daftar telepon serta memantau histori pribadi pengguna saat browsing, lho!

4. Fatwa Haram Game Mobile

Fatwa haram PUBG di Aceh mulai berlaku sejak Mei 2019.
Di negara mayoritas Islam sperti Iran atau Tunisia, PUBG Mobile sempat diharamkan. Sementara itu, di Indonesia, provinsi Aceh juga sempat mengharamkan akses untuk game itu. Daftar pun memanjang kala Pemda Aceh mendaftarkan Free Fire, Mobile Legends, dan AOV.

Banyaknya pelarangan game-game ini didasarkan kepada alasan bahwa video game hanya membuat anak-anak ketagihan. Para developer game pun ramai-ramai mengiklankan pola gaming yang sehat dengan mengambil istirahat setiap kali bermain untuk waktu yang lama.

5. Aplikasi Bajakan yang Berbahaya

LoL: Wild Rift masih berada di tahap beta untuk Filipina dan Brazil, namun banyak pemain lokal yang cari unduhan bajakannya.
Membajak aplikasi di platform mobile sangat mudah. Apalagi untuk game Android yang bisa di-install jika pemain menemukan berkas .apk di internet. Tapi, kalian harus hati-hati karena aplikasi bajakan bisa saja memuat virus atau malware.

Biasanya, para pemain yang membajak game menghindari kewjiban untuk membayar aplikasi. Sementara itu, ada juga yang mengaksesnya untuk memasang game yang tidak bisa diakses di Indonesia, misalnya. Entah itu untuk main di server luar negeri seperti Jepang atau Tiongkok atau hanya mengakses versi beta yang tertutup di dalam game seperti League of Legends: Wild Rift.

Mengakses aplikasi bajakan ini selain merugikan pengembang juga bisa membahayakan diri sendiri, lho! Jangan sampai kalian install dan pasang game mobile sembarang, ya!